Penganut Islam Aboge di Banyumas Rayakan Idul Adha Hari Ini

Ratusan penganut Islam Aboge di Banyumas, itu menggunakan penanggalan Alif Rebo Wage atau Jawa Aboge.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 03 Sep 2017, 13:05 WIB
Kiai Sulam, juru kunci sekaligus imam masjid penganut Islam Aboge di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jateng. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Ratusan pemeluk Islam yang menggunakan penanggalan Alif Rebo Wage atau Islam Aboge di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menjalankan Salat Idul Adha atau Bada Besar, pada hari ini.

Kiai Sulam selaku Imam Masjid Saka Tunggal Baitussalam, Cikaka, mengatakan bahwa tahun ini merupakan tahun Za, sehingga rumus untuk menentukan 10 Zulhijah adalah Papat Siji (Empat satu). Pada tahun Za ini, 1 Muharam jatuh di hari Selasa Pahing.

Dari Selasa Pahing itu, dihitung Papat Siji, atau terhitung Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan 10 Zulhijah tiba di hari Minggu, 3 September 2017, bertepatan dengan hari pasaran Legi.

Ia mencontohkan, untuk menentukan bulan haji, perhitungannya menggunakan angka empat satu. Misalnya, tahun ini, 1 Muharam jatuh di Selasa Pahing, maka empat satunya dihitung hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat.

"Di bulan besarnya, empat satu ditambahi siji (ditambah satu hari) hari Jumat sampai dengan hari Minggu, langsung jatuhnya di 10 Zulhijah," ucap dia kepada Liputan6.com, Minggu (3/9/2017).

Sulam menjelaskan, Islam Aboge menggunakan kalender Kamariah atau berdasar rotasi bulan. Namun, berbeda dengan penanggalan Hijriah, penanggalan Aboge mengenal kalender sewindu atau delapan tahunan.

"Tiap delapan tahun akan dikembalikan ke perhitungan awal," ujarnya.


Penanggalan Jawa Aboge

Jemaaah Islam Aboge padukan Primbon Jawa dan Kalender Islam (Liputan6.com / Dian Kurniawan)

Sulam mengatakan pula, dalam penanggalan Jawa Aboge, komunitasnya juga mengenal hari pasaran, yakni Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi. Begitu pula, delapan tahun dalam kalender Aboge memiliki nama masing-masing, yaitu Taun Alif, Ha, Jim Awal, Za, Dal, Ba/Be, Wawu, dan Taun Jim Akhir.

Ia mengemukakan, dari keseluruhan tahun dalam sewindu itu, ada yang kalendernya sama dengan pemerintah. Namun, kadangkala juga berbeda. Misalnya, tahun ini, lantaran tahun Za, maka Idul Fitri Islam Aboge terpaut dua hari dibanding ketetapan pemerintah.

"Untuk menentukan 1 Syawal, perhitungan kami, Waljiro, Siji Loro. Tanggalnya tahun Za itu hari Selasa Pahing. Jiro itu Satu, Selasa, keduanya itu Pahing Pon. Jadi, Selasa Pon. Terpaut dua hari juga dari pemerintah," Sulam membeberkan.

Menurut Sulam, perhitungan untuk menentukan Lebaran tahun berikutnya juga berbeda karena tahun depan adalah tahun Dal. "Beda lagi, selalu berubah tiap tahunnya," dia menambahkan.

Sementara, dalam perayaan Idul Adha ini, panitia kurban Masjid Saka Tunggal menerima lima ekor kambing dari kaum muslim setempat. Kambing itu dipotong dan dibagikan usai Salat Idul Adha.

"Salatnya sama, rukun syaratnya sama dengan umat Islam lainnya. Yang berbeda hanya penanggalannya saja," pemuka Islam Aboge di Banyumas itu memungkasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya