Liputan6.com, Jakarta - Uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korea Utara terpantau oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Pada hari Minggu 3 September 2017, pukul 10.30 lewat empat menit WIB, jejaring gempa BMKG mencatat aktivitas seismik tak lazim.
"Sebanyak 166 sensor seismik yang digunakan BMKG dalam menganalisis parameter kegempaan menunjukkan adanya sebuah 'pusat gempa' dengan kekuatan 6,2 SR terletak pada koordinat 41,29 LU dan 128,94 dengan kedalaman 1 km tepatnya di wilayah Negara Korea Utara," demikian keterangan tertulis BMKG yang diterima Liputan6.com pada Minggu (3/9/2017).
Tidak hanya BMKG, sejumlah lembaga pemantau gempa dunia lainnya, seperti Amerika Serikat (USGS), Jerman (GFZ), dan Eropa (EMSC) pun mencatat aktivitas seismik tak lazim ini yang juga berpusat di Korut.
Hasil perhitungan USGS menunjukkan, kekuatan gempa mencapai 6,3 SR sementara GFZ 6,0 SR dan EMSC 5,9 SR.
"Berdasarkan karakteristik rekaman seismogramnya, diketahui bahwa gelombang seismik yang terekam diperkirakan bersumber dari sebuah ledakan besar di kedalaman dangkal. Ini didasarkan pada kesamaan pola dari sebagian besar rekaman gelombang seismik yang menunjukkan gerakan awal berupa kompresi," ungkap BMKG.
Dalam keterangannya, BMKG turut menjelaskan, "Data seismik yang terekam di BMKG menunjukkan adanya compressional source dengan amplitudo gelombang P relatif lebih besar dari gelombang S-nya, maka cukup beralasan jika kita meyakini bahwa telah terjadi sebuah aktivitas ledakan besar di bawah permukaan. Karena zona ini secara tektonik bukan zona sumber gempa".
Baca Juga
Advertisement
Dalam situs resmi, USGS menyebutkan bahwa pusat ledakan terletak pada lokasi uji coba nuklir terdahulu.
Peta guncangan gempa (shakemap) menunjukkan bahwa dampak ledakan ini menimbulkan guncangan cukup kuat hingga skala VI Modified Mercalli Intensity (MMI) di Kota Cho Dong, Soman, dan Nampyo Dong yang lokasinya paling dekat pusat ledakan.
Guncangan ini diperkirakan dapat menimbulkan kerusakan ringan seperti retakan pada bangunan tembok sederhana.
Klaim Korut
"Korea Utara sukses melakukan uji coba sebuah bom hidrogen pada rudal balistik antarbenua (ICBM)". Demikian pengumuman yang disampaikan pembaca berita veteran Korut, Ri Chun-hee seperti dilansir CNN.
Bom hidrogen yang diuji coba Korut diperkirakan berdaya 100 kiloton. Dapat pula disebut, bom ini berkekuatan empat atau lima kali lebih besar dari bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki pada tahun 1945.
Ini merupakan uji coba nuklir keenam Korut dan yang pertama sejak Donald Trump dilantik. Peristiwa ini dinilai akan meningkatkan ketegangan yang saat ini sudah tinggi antara pemerintah AS dan rezim Korut.
Sejauh ini, Korut kerap meluncurkan rudal pada momen penting bagi negara mereka atau bagi Amerika Serikat. Kali ini menandai hari akhir pekan di AS dan pada Senin 4 September, AS akan memperingati Hari Buruh.
Uji coba nuklir Korut terakhir, yakni pada September tahun lalu tercatat memicu terjadinya gempa berkekuatan 5,3 skala Richter. Peristiwa itu terjadi pada pukul 09.00, bertepatan dengan hari libur nasional di Korut untuk memperingati ulang tahun ke-68 Kim Il-sung, kakek Kim Jong-un, sekaligus pendiri negara itu.
Sebenarnya, para analis telah memprediksikan uji coba nuklir ini setelah Korut mengumumkan pihaknya telah mengembangkan sebuah bom nuklir yang lebih maju dengan daya musnah yang hebat. Namun, tidak ada yang menduga bahwa hal ini akan berlangsung segera setelah pengumuman tersebut.
Pengumuman Korut tersebut disertai dengan foto-foto Kim Jong-un tengah meninjau apa yang diklaim Korut sebagai bom hidrogen atau yang akrab pula disebut bom-h. Senjata itu diakui Korut dapat dilekatkan pada rudal yang mampu mencapai daratan AS.
"Semua komponen bom-H adalah buatan dalam negeri sehingga Korut dapat menghasilkan senjata nuklir yang kuat sebanyak yang diinginkan," demikian laporan kantor berita Korut, KCNA, mengutip pernyataan Kim Jong-un.
Bom-H lebih kuat dibanding bom atom. Ini disebabkan karena bom hidrogen memanfaatkan energi dari reaksi fusi --pembelahan atom-- nuklir utama untuk memadatkan dan membakar reaksi fusi --penggabungan atom-- nuklir kedua. Hasilnya adalah sebuah ledakan yang lebih dahsyat dibandingkan dengan ledakan yang dihasilkan oleh senjata-senjata fisi satu tahap.
Disebut sebagai bom hidrogen karena senjata tersebut menggunakan reaksi fusi pada isotop hidrogen.
Saksikan pula video berikut:
Advertisement