Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi pada Agustus 2017. Tercatat deflasi 0,07 persen. Lalu apa saja penyumbang deflasi Agustus?
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan, deflasi Agustus 2017 0,07 persen disumbangkan dari bahan makanan, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Tercatat bahan makan terjadi deflasi 0,67 persen dengan andil deflasi 0,14 persen. "Komoditas yang dominan memberi sumbangan penurunan harga bawang merah cukup tinggi 11,17 persen andil deflasinya 0,07 persen," ujar Suhariyanto, Senin (4/9/2017).
Baca Juga
Advertisement
Ia menuturkan, kontribusi bawang putih harganya turun 13,70 persen dengan andil deflasi 0,05 persen. Cabai merah meningkat 0,92 persen dengan andil inflasi 0,04 persen. "Kenaikan harga garam mencapai rata-rata 26,22 persen tapi ada daerah naik 105 persen," ujar dia.
Selain itu, kontribusi transportasi, komunikasi dan jasa keuangan alami deflasi 0,60 persen dengan andil deflasi 0,10 persen.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:
BPS: Deflasi Agustus 2017 Sebesar 0,07 Persen
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi pada Agustus 2017. Tercatat, deflasi Agustus 2017 sebesar 0,07 persen. Ini berbeda dengan perkiraan akan terjadi inflasi.
Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,53 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,82 persen.
"Agustus ini deflasi 0,07 persen lebih rendah dibandingkan deflasi Agustus 2016, dan Agustus 2015 inflasi 0,39 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin 4 September 2017.
Ia menuturkan, dari 82 kota IHK tercatat 47 kota alami deflasi, dan 35 kota alami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon mencapai 2,08 persen. Sedangkan deflasi terendah di Samarinda sebesar 0,03 persen.
Untuk inflasi tertinggi, terjadi di Lhouksemawa mencapai 1,09 persen. Sedangkan inflasi terendah di Batam mencapai 0,01 persen.
"Diharapkan inflasi terjaga sampai akhir tahun. Yang perlu waspada Desember ada natal dan tahun baru," kata Suhariyanto.
Advertisement