Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan deflasi yang terjadi pada Agustus 2017 sesuai dengan harapan pemerintah. Hal ini membuktikan jika harga komoditas pangan makin terkendali.
Dia mengungkapkan, selama ini harga pangan yang bergejolak dianggap sebagai penyumbang inflasi terbesar. Namun, dengan deflasi yang terjadi pada Agustus, terlihat jika harga pangan lebih terkendali.
"Ya kan bagus, memang yang kita harapkan dengan sekarang adanya bahwa harga pangan volotile dianggap sebagai sumber dan setelah melakukan upaya seperti harapan BI bahwa volotile food harus distabilkan dan sudah menghasilkan beberapa bulan terakhir ini adalah kestabilan," ujar dia di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (4/9/2017).
Baca Juga
Advertisement
Oleh sebab itu, lanjut Sri Mulyani, tren rendahnya tingkat inflasi harus terus dijaga. Dengan demikian diharapkan mampu mendongkrak daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Oleh karena itu tren sekarang harus dijaga saja, dari sisi inflasi karena itu sangat baik tentu dari sisi lain daya beli harus ditingkatkan sehingga dengan inflasi rendah daya beli naik, ekonomi akan tumbuh lebih sehat," tandas dia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi pada Agustus 2017. Tercatat deflasi Agustus 2017 sebesar 0,07 persen. Ini berbeda dengan perkiraan akan terjadi inflasi.
Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,53 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,82 persen.
"Agustus ini deflasi 0,07 persen lebih rendah dibandingkan deflasi Agustus 2016, dan Agustus 2015 inflasi 0,39 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, Senin.
Tonton Video Menarik Berikut Ini:
Penyumbang
Penyumbang deflasi antara lain bahan makanan terjadi deflasi 0,67 persen dengan andil 0,14 persen. Kemudian transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,60 persen dengan andil deflasi 0,10 persen.
Suhariyanto menuturkan, dari 82 kota IHK, tercatat 47 kota alami deflasi, dan 35 kota alami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon mencapai 2,08 persen. Sedangkan deflasi terendah di Samarinda sebesar 0,03 persen.
Untuk inflasi tertinggi terjadi di Lhouksemawa mencapai 1,09 persen. Sedangkan inflasi terendah di Batam mencapai 0,01 persen.
"Diharapkan inflasi terjaga sampai akhir tahun. Yang perlu waspada Desember ada natal dan tahun baru," kata Suhariyanto.