Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara (Korut) terus membuat was-was semua pihak. Setelah berhasil menembakkan rudal nuklir yang mendarat di perairan Jepang, kini negara arahan Kim Jong Un mengklaim tengah mengembangkan bom model baru bertenaga hidrogen. Apabila diluncurkan, daya ledaknya bisa mengalahkan bom atom Hiroshima dan Nagasaki.
Tentu hal ini pun membuat situasi makin gaduh. Imbasnya merembet ke berbagai bidang termasuk ekonomi. Pelemahan mata uang asing hingga terguncangnya pasar saham Asia jadi risiko yang harus dihadapi pihak internasional.
Baca Juga
Advertisement
Di tengah tensi keamanan yang meninggi, aksi uji nuklir yang terus dilakukan Korut ternyata bisa menjadi ladang rezeki segelintir pihak. Dilansir dari berbagai sumber, berikut 3 perusahaan yang makin untung berkat uji coba nuklir Korea Utara:
1. Industri pariwisata di Guam
Korea Utara pernah mengancam Amerika Serikat (AS) untuk meluncurkan nuklir ke wilayah Guam. Wilayah AS yang terletak di Asia Pasifik merupakan pusat pangkalan militer. Guam juga merupakan pangkalan utama AS dalam Perang Dunia Kedua, dan tetap menjadi pangkalan penting untuk pengerahan operasi militer AS.
Tapi, alih-alih membuat pemerintah AS ketar-ketir ancaman nuklir Korut malah memberi angin segar bagi pelaku pariwisata di daerah tersebut. Mendadak saja, nama pulau kecil di Pasifik melesat dan menjadi pembicaraan seluruh dunia.
Gubernur Guam Eddie Baza Calvo mengungkap, kunjungan turis ke wilayahnya meningkat drastis. Ia bahkan kehabisan hotel untuk menampung para wisatawan yang berkunjung kesana.
"Daerah ini selayaknya surga. Tempat pemnginapan kami 95 persen terisi. Setelah hal ini terjadi, kami mendapat peningkatan menjadi 110 persen," tuturnya seperti dilansir dari abc.net.au, Selasa (5/9/2017).
Simak video menarik di bawah ini:
Selanjutnya
2. Perusahaan pembuat bunker
Rising S, perusahaan pembuat bunker asal Texas tak luput kebanjiran rezeki. Tensi meningkat antara Amerika Serikat dan Korea Utara membuat penjualan produknya meroket.
Uniknya, klien dari perusahaan ini tidak hanya datang dari Amerika Serikat. Beberapa penduduk Korea Selatan dan Jepang juga banyak yang ingin dibuatkan bunker di ruang bawah tanah rumahnya.
Rising S mencatat penjualan 69 bunker di Korea Selatan dan Jepang. Tahun lalu, wilayah ini hanya menyumbang penjualan 6 buah bunker bawah tanah.
Dilansir dari thestreet.com, General Manager Rising S Gary Lynch mengatakan, harga tiap bunker ini berbeda. Untuk harga bunker biasa berkisar di angka US$ 39.500 atau Rp 526 juta.
Sementara bunker mewah ia jual dengan harga mencapai US$ 8,35 juta atau Rp 111 miliar. Waktu pembuatan bunker berkisar antara 1 hingga tiga hari lamanya.
Advertisement
Selanjutnya
3. Perusahaan penjual alat penyaring udara
Perusahaan penjual alat penyaring udara asal Jepang, Oribe Seiki Seisakusho, mengaku tengah kebanjiran pesanan. Perusahaan yang bermarkas di Kobe, Jepang ini mendapat peningkatan pesanan lebih dari 100 persen dari tahun lalu.
Di bulan April 2017 saja, mereka bisa mendapat 8 pesanan produk. Jumlah ini tentu sangat besar dibanding waktu-waktu sebelumnya dimana mereka hanya mengantongi 6 pesanan per tahun.
Penyebabnya, tentu karena uji coba nuklir Korut yang terus-menerus dilakukan. Produk penyaring udara yang dijual Oribe Seiki Seisakusho ini memiliki kemampuan untuk menyaring radiasi dan gas beracun. Dilaporkan oleh Breitbart.com, rata-rata pembeli produknya adalah penduduk Jepang.
Sebuah penyaring udara yang di desain untuk enam orang dijual dengan harga US$ 5.360 atau Rp 71 juta. Sementara penyaring udara untuk tiga belas orang dijual seharga US$ 15.440 atau Rp 205 juta.