Liputan6.com, Bern - Swiss, selaku pihak netral menyatakan siap untuk bertindak sebagai negosiator dalam penyelesaian krisis nuklir Korea Utara. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Swiss Doris Leuthard.
Leuthard mengatakan bahwa negaranya memiliki sejarah panjang mengenai diplomasi netral. Namun, ditegaskannya China dan Amerika Serikat harus mengambil peran masing-masing.
"Kami siap menawarkan peran sebagai mediator. Sekarang waktunya untuk duduk bersama. Kekuatan besar dunia memiliki sebuah tanggung jawab (untuk melakukannya)," ujar Leuthard seperti dikutip dari Independent pada Senin (4/9/2017).
Sementara itu, Korea Selatan mengatakan bahwa pihaknya telah bicara dengan AS mengenai penempatan kapal induk dan pengebom strategis di Semenanjung Korea. Ini dilakukan setelah Seoul melihat ada indikasi bahwa Korut akan melakukan lebih banyak uji coba rudal.
Di New York, Dewan Keamanan PBB telah menjadwalkan pertemuan darurat kedua pasca-uji coba rudal Korut pada Minggu 3 September 2017. Itu merupakan uji coba nuklir keenam Korut dan terjadi tidak lama setelah Pyongyang meluncurkan rudal balistik yang melintasi langit Hokkaido, Jepang.
Baca Juga
Advertisement
Dan kurang dari sebulan lalu, DK PBB telah menjatuhkan sanksi paling keras terhadap Korut.
"Korut dengan sengaja merongrong perdamaian dan stabilitas regional," tegas DK PBB saat mengomentari uji coba rudal terbaru seraya mengulang desakan agar negara pimpinan Kim Jong-un tersebut menyudahi program rudal dan nuklirnya.
Kim Jong-un dan Swiss
Kim Jong-un sendiri memiliki "kedekatan" dengan Swiss. Seperti dikutip dari Wikipedia, sebuah surat kabar Jepang pernah memuat laporan bahwa Kim Jong-un sempat bersekolah di Bern, Swiss.
Laporan pertama menyebut bahwa ia menempuh pendidikan di Sekolah Internasional Bahasa Inggris swasta di Gümligen, di dekat Bern. Kala itu Kim Jong-un diklaim menggunakan nama samaran "Chol-pak" atau "Pak-chol". Ia menuntut ilmu di sana sejak tahun 1993 hingga 1998.
Saat bersekolah di Swiss, Kim Jong-un digambarkan sebagai siswa pemalu, baik, mudah bergaul dengan teman-temannya, dan menggemari bola basket. Ia juga selalu didampingi oleh seorang siswa yang lebih tua, yang diduga adalah pengawalnya.
Laporan berikutnya menyatakan bahwa Kim Jong-un melanjutkan pendidikannya di Liebefeld Steinhölzli di Köniz dari tahun 1998 sampai 2000. Di sana, ia terdaftar dengan nama "Pak-un" atau "Un-pak" yang merupakan anak dari seorang pegawai Kedutaan Korea Utara di Swiss.
Pihak Köniz mengakui bahwa memang ada seorang siswa asal Korea Utara, anak pegawai kedutaan, yang bersekolah di sana pada tahun 1998 sampai 2000. Namun, mereka tidak bersedia memberikan rincian identitasnya.
"Pak-un" awalnya mengikuti kelas khusus untuk anak-anak penutur bahasa asing, tapi kemudian ia bergabung dengan kelas reguler sejak kelas 6, 7, 8, dan tamat setelah menyelesaikan kelas 9 pada musim gugur tahun 2000. Ia digambarkan sebagai seorang siswa yang ambisius, mudah bergaul, dan suka bermain basket. Hanya saja peringkat dan tingkat kehadirannya dilaporkan sangat buruk.
Pada April 2012, terungkap bahwa Kim Jong-un telah menetap di Swiss sejak tahun 1991 atau 1992, lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Laboratorium Antropologi Anatomi Universitas Lyon, Prancis, telah memeriksa foto "Pak-un" saat bersekolah di Liebefeld Steinhölzli pada tahun 1999 dan membandingkannya dengan foto Kim Jong-un yang diambil pada tahun 2012. Pemeriksaan ini menunjukkan bahwa kedua foto tersebut memiliki kecocokan 95 persen.
Raoul Perrot, seorang antropolog forensik yang juga menjabat sebagai kepala laboratorium, menyatakan bahwa objek kedua foto tersebut kemungkinan besar adalah orang yang sama.
Kendati demikian, ada juga laporan yang meyakini bahwa anak yang bersekolah di Gümligen International School bukanlah Kim Jong-un, melainkan kakaknya, Kim Jong-chol.
Semua anak-anak Kim Jong-il dikabarkan pernah tinggal di Swiss. Keluarga Kim Jong-il dilaporkan kerap menggelar pertemuan keluarga di Danau Jenewa dan Interlaken.
Saksikan video berikut:
Advertisement