Liputan6.com, Jakarta - Proses imbal hasil (barter) komoditas perkebunan Indonesia dengan pesawat Sukhoi Rusia masih terus berjalan. Namun siapa yang lebih diuntungkan dari barter ini?
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan, sebenarnya dari proses barter ini, Indonesia mendapatkan beberapa keuntungan. Salah satunya soal anggaran yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan pesawat Sukhoi akan lebih sedikit.
Untuk harga pesawat Sukhoi SU-35 mencapai US$ 1,14 miliar. Namun rencananya setengah dari nilai tersebut atau sekitar US$ 570 juta akan dibayar dengan komoditas yang dimiliki oleh Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
"Karena kesepakatan kita minimum US$ 570 juta, itu bagian dari barternya. Sukhoi sendiri US$ 1,14 miliar, yang dibayar dalam bentuk barang secara sederhana US$ 570 juta, nah tapi saya sampaikan," ujar dia di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa (5/9/2017).
Selain untuk menekan anggaran, barter ini juga diharapkan bisa membuat ekspor komoditas perkebunan Indonesia ke Rusia lebih besar. Adanya barter ini ke depannya diharapkan membuat Rusia lebih banyak mengimpor komoditas perkebunan yang dibutuhkan dari Indonesia.
"Di atas itu boleh, lebih dari itu (US$ 570 juta) ya kita senang. Dengan Rostec kalau bisa jadi trader, PPI juga jadi trader, kalau bisa lebih benefitnya untuk kedua negara dan perusahaan," kata dia.
Menurut Enggar, saat ini Indonesia masih menunggu jawaban dari Rusia atas sejumlah komoditas yang telah diajukan oleh pemerintah. Diharapkan Rusia segera memberikan kepastian soal komoditas yang diinginkan dari Indonesia untuk dibarter dengan pesawat tempur Sukhoi tersebut.
"Segera mungkin tanya kepada mereka kapan datang," tandas dia.
Tonton Video Menarik Berikut Ini:
Harga murah
Indonesia akan membeli 11 pesawat Sukhoi, sedangkan Rusia akan membeli sejumlah komoditas Tanah Air. Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu mengatakan 11 pesawat Sukhoi SU-35 ini akan datang dua tahun lagi atau 2019.
"Setelah tanda tangan, dua tahun baru akan sampai sini," ucap Ryamizard.
Dia menuturkan, ada beberapa keuntungan yang didapat oleh Indonesia terkait pembelian Sukhoi ini. Salah satunya mendapat harga murah.
"Yang kita beli ini US$ 90 juta, bisa dua-duanya. Menembak dan mengebom, lengkap. Saya nawar sudah lama, buka harga US$ 150 juta," cerita Ryamizard.
Selain itu, lanjut dia, sistem imbal dagang ini membantu ekspor Indonesia. "Ini juga membantu ekspor keluar jadi ada nilai tambah," tutur Ryamizard.
Dia juga mengungkapkan, Indonesia diberikan keleluasaan untuk layanan pemeliharaan dan perbaikan atau acap kali disebut MRO. Sebab, pemeliharaan ini bakal dapat dilakukan di Indonesia.
"Ada transfer teknologinya. Jadi tidak usah dibawa lagi ke Rusia, jauh dan mahal. Dengan ada di sini banyak untungnya. Apalagi yang punya Sukhoi di Asia (Tenggara) ada dua yaitu Malaysia dan Vietnam. Mereka setuju dan langsung ke Rostec," ungkap Ryamizard.