Liputan6.com, Jakarta - Venezuela, negara di Amerika Selatan ini, tengah dirundung krisis. Dampaknya menggurita kemana-mana. Warga negaranya kini harus berjuang hidup di tengah perekonomian negara yang makin terpuruk.
Satu hal yang paling mendapat perhatian warga dunia adalah tingkat inflasi Venezuela yang meroket tinggi. Seperti dilaporkan Aljazeera, Rabu (6/9/2017) inflasi Venezuela kini telah mencapai 700 persen. Mata uangnya juga terus melemah terhadap dolar AS.
Mata uang Venezuela, bolivar, kini tak lagi berharga di pasaran. Satu dolar AS kini diharga 10.987 bolivar. Warga Venezuela harus memutar otak demi menyiasati harga bahan pangan yang kian melambung.
Baca Juga
Advertisement
Bukan hanya kekurangan bahan baku pangan. Kesulitan ekonomi di Venezuela juga memicu kerusuhan yang menyebabkan lebih dari 120 nyawa melayang dalam empat bulan terakhir.
“Berbagai faktor mendasari kenaikan harga pada periode tujuh bulan, termasuk kurangnya dolar AS di negara ini, melemahnya mata uang bolivar yang tajam, dan ketidakpastian politik,” tutur anggota parlemen oposisi Angel Alvarado.
Krisis Venezuela ini bermula akibat merebaknya penolakan terhadap Presiden Nicolas Maduro. Di dalam kubu Maduro sendiri, timbul suara-suara berbeda pendapat.
Jaksa Agung Luisa Ortega--pendukung kuat pendahulu Maduro, Hugo Chavez--telah menentang majelis konstitusional dan mengkritik tindakan pemerintah dan militer.
Hal ini akhirnya menarik perhatian pemerintah di berbagai negara. Sekjen PBB António Guterres mendesak pemerintah dan oposisi di Venezuela untuk memulai kembali perundingan guna menemukan solusi politik atas krisis politik negara tersebut.
Simak video menarik di bawah ini: