Konflik Pilkada, Warga Intan Jaya Terancam Kelaparan

Sejak proses pilkada Intan Jaya yang dilakukan, masyarakat tak melakukan aktifitas ke kebun atau mencari bahan makanan di hutan.

oleh Katharina Janur diperbarui 06 Sep 2017, 20:08 WIB
Warga Intan Jaya marah dan membakar Kantor Dinas Kesehatan, Kantor Keuangan dan Kantor Kesbangpol (Liputan6.com/Khatarina Janur)

Liputan6.com, Jayapura - Masyarakat Kabupaten Intan Jaya terancam kelaparan akibat konflik yang terus terjadi di kabupaten yang masuk dalam wilayah pegunungan tengah Papua itu.

Hampir dua minggu lamanya, masyarakat dihantui konflik antara kelompok pendukung kandidat bupati dan wakil bupati setempat.

Tiga kantor pemerintahan pun menjadi sasaran warga. Warga marah dan membakar Kantor Dinas Kesehatan, Kantor Keuangan dan Kantor Kesbangpol.

Aktifitas pemerintahan lumpuh dan masyarakat setempat saling curiga antara satu dengan yang lainnya.

Tokoh pemuda Intan Jaya, Maximus Tipagau menuturkan akibat konflik yang berkepanjangan ini masyarakat terancam kelaparan dan aktifitas pelayanan pemerintah untuk masyarakat lumpuh.

"Pemerintah tidak ada ditempat dan masyarakat tak menerima bupati terpilih yang telah dimenangkan oleh Mahkamah Konstitusi. Ini semua kembali kepada pemerintah, mau atur daerah ini seperti apa," kata Maximus, Rabu (6/9/2017).

Puluhan Warga Tewas

Lebih dari puluhan warga tewas akibat konflik pilkada namun tak ada respon yang baik dari pemerintah.

"Paling tidak, pemerintah melihat hal tersebut. Masyarakat ini tak berdosa dan menjadi korban," kata Maximus.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal menyebutkan perlu adanya peran pemerintah dalam menyelesaikan masalah di Intan Jaya.

Sampai saat ini, 300 personil TNI/Polri telah menjaga Sugapa, Ibu Kota Kabupaten Intan Jaya. Personel tambahan dari Brimob Timika dan Nabire juga telah digeser ke lokasi tersebut.

"Kami terus bernegosiasi dengan sejumlah tokoh untuk penyelesaian masalah di Intan Jaya. Artinya, jika masalah ini selesai, masyarakat dapat menjalankan aktifitasnya dengan normal," kata Kamal.

Apalagi, sejak proses pilkada Intan Jaya yang dilakukan pada pilkada serentak 2017, masyarakat tak melakukan aktifitas ke kebun atau mencari bahan makanan lainnya di hutan.

"Masyarakat hampir seluruhnya mengikuti proses pilkada. Baik itu kampanye atau melakukan pertemuan lainnya dengan pasangan kandidat bupati," ujar Kamal.

Dengan persediaan makanan yang minim, ada kemungkinan masyarakat Intan Jaya akan kelapran, jika tidak ada respon cepat dari pemerintah daerah.

"Masyarakat membutuhkan bantuan makanan dan juga kehadiran pemerintah di sana," kata Kamal.

Konflik Intan Jaya dipicu kemenangan Natalis Tabuni-Yann Robert Kobogoyauw di Mahkamah Konstitusi. Pasangan ini menang 36.883 suara mengalahkan pasangan nomor urut 2, Yulius Yapugau-Yunus Kalabetme yang memperoleh 33.958 suara.

Saksikan video di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya