Misteri Pistol Pencabut Nyawa Indria Kameswari

Pistol yang digunakan suami untuk membunuh Pegawai BNN Indria Kameswari masih belum diketahui rimbanya.

oleh Raden Trimutia HattaNanda Perdana PutraAchmad Sudarno diperbarui 07 Sep 2017, 00:03 WIB
Ilustrasi pistol. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - "Ibu meninggal...Ibu meninggal...," teriakan seorang anak memecah kekhusyukan warga yang tengah merayakan Idul Adha. Suara itu terdengar dari salah satu kediaman di Perumahan River Valley, Cijeruk, Bogor, Jumat, 1 September.

Warga sekitar langsung mendatangi rumah kontrakan pegawai Badan Narkotika Nasional (BNN) Indria Kameswari. Mereka pun kaget saat menemukan Indria Kameswari tertelungkup di kamar mandi dengan kondisi luka tembak di bagian punggung.

Sebelum warga berdatangan, suami korban Abdul Malik Aziz alias Mohamad Akbar sempat terlihat pergi menggunakan mobil secara tergesa-gesa. Dua hari kemudian, pada Minggu 3 September malam, polisi menangkap Abdul Malik di Batam. Dia ditetapkan sebagai pembunuh istrinya sendiri, Indria Kameswari.

Kepada polisi, Abdul Malik telah mengakui menembak punggung istrinya. Tetangga korban juga ada yang mendengar suara letupan sebelum Indria Kameswari ditemukan tewas.

"Iya, bilangnya dengar suara seperti petasan," ujar Kepala Keamanan Perumahan, Maulana.

Namun, keberadaan senjata api yang dipakai Abdul Azis untuk membunuh Indria Kameswari hingga kini masih misterius. Polisi belum juga menemukan senjata api tersebut.

Rumah kontrakan Pegawai BNN Indria Kameswari (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Kapolres Bogor AKBP Andi M Dicky mengakui, hingga kini pihaknya belum menemukan senjata api yang digunakan Abdul Malik untuk menghabisi nyawa istrinya. "Belum, masih kita cari," kata dia.

Menurut Dicky, terduga pembunuh pegawai Balai Diklat Badan Narkotika Nasional (BNN) Bogor itu tidak kooperatif dan berbelit-belit setiap memberikan keterangan, sehingga menyulitkan penyidikan polisi. Padahal, jika tidak kooperatif, pelaku bisa terancam hukuman berlapis, selain dijerat pasal pembunuhan berencana.

Meski pistol yang digunakan pelaku belum diketahui rimbanya, polisi berhasil menemukan barang bukti berupa tiga peluru aktif yang dibawa Abdul Malik. Peluru tersebut didapat dari petugas Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, saat pengejaran pelaku.

Menurut keterangan petugas dan hasil rekaman CCTV Bandara Halim Perdanakusuma, pelaku tiba di bandara pada Jumat 1 September siang, hendak naik pesawat dengan tujuan Batam, Kepulauan Riau. Namun, pada saat memasuki terminal bandara, tas pelaku terdeteksi sinar-X berupa benda logam.

Setelah diperiksa petugas bandara, ternyata ditemukan tiga butir peluru aktif. Peluru, termasuk pelaku, kemudian diamankan petugas bandara.

"Kepada petugas mengakunya peluru itu milik kakaknya, anggota," ujar Bimantoro.

Namun, pelaku berhasil kabur saat pergantian shift petugas bandara dan dengan leluasa naik ke pesawat menuju Batam. "Dari petunjuk di lapangan, akhirnya kami menangkap pelaku di Batam," kata dia.

Untuk mendapatkan barang bukti pistol, polisi juga masih mencari dua orang yang ada dalam rekaman CCTV di bandara. Dua orang itu dicurigai yang membantu pelaku melarikan diri.

Polisi juga menduga senjata api tersebut dititipkan kepada dua orang tersebut sebelum pelaku pergi ke Batam.

"Bisa jadi (senjata dititipkan). Ini sedang kami selidiki," kata dia.

 


Pistol Milik Indria Kameswari?

Pegawai BNN Bogor Indria Kameswari. (Instagram)

Indria Kameswari (38) tewas karena ditembak suaminya sendiri. Tersangka pembunuhan itu, Abdul Malik Aziz, masih bungkam soal kepemilikan senjata api yang dipakainya untuk menembak istrinya sendiri.

Namun, ada saksi yang mengatakan Indria pernah mengaku punya senjata api. Hal itu bermula saat Indria memarahi seorang tukang roti.

Koordinator Keamanan Perumahan River Valley Maulana menuturkan kejadian tersebut terjadi 10 bulan lalu. 

Kala itu, Indria dan suaminya tengah mengendarai sepeda motor dan menabrak tukang roti. Alih-alih meminta maaf, Indria malah memarahi tukang roti tadi.

"Kalau suaminya ya baik-baik malah minta maaf. Tapi kalau si ibu malah bilang, 'Jangan macem-macemin sama saya ya. Saya pegawai pemerintah, saya punya pistol'. Gitu," kata Maulana kepada Liputan6.com, Selasa, 5 September 2017.

Ini bukan kali pertama Indria mengancam dengan menyebut pistol. Sebelumnya, kakak Abdul Malik, Siti Nuraeni, juga mengaku adiknya yang kini menjadi tersangka pembunuhan pernah diancam dibunuh dengan pistol.

"Dia mukulin sampai ngancem mau bunuh adik saya pakai pistol. Saya punya rekamannya," kata Siti saat ditemui di Polres Bogor, Senin, 4 September 2017.

Indria sendiri merupakan pegawai BNN di bagian rehabilitasi. Kepala BNN Budi Waseso menegaskan pegawai yang bekerja di rehabilitasi BNN tidak dibekali senjata api. Hanya bagian penindakan yang diberi wewenang memiliki senjata api.

"Kalau bagian rehabilitasi, tidak ada. Kecuali penindakan, senjatanya lengkap," kata Buwas.

Meski begitu, BNN sangat mendukung upaya pengungkapan kasus pembunuhan bawahannya itu. Termasuk terbuka untuk membantu mengungkap asal senjata yang digunakan suami Indria untuk membunuh istrinya.

"Sedang didalami, tunggu saja hasilnya. Jangan buru-buru," ucap Buwas.

 


Peluru Tembus Paru-paru

Pegawai BNN Bogor Indria Kameswari. (Instagram)

Jasad Indria Kameswari telah diautopsi petugas kepolisian. Hasilnya, ada serpihan peluru menembus hingga paru-paru mantan finalis mojang Ciamis itu.

"Luka tembak di bagian punggung ya. Peluru mengenai tulang belakang dan paru-paru korban," kata Kepala Instalasi Kedokteran Forensik Rumah Sakit Polri Komisaris Besar Edy Purnomo saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Rabu 6 September.

Indria Kameswari ditemukan tewas di rumahnya, Perumahan River Valley, Desa Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Jumat, 1 September.

Dari keterangan saksi, kasus pembunuhan ini dilatarbelakangi masalah rumah tangga. Indria diduga seringkali meminta dibelikan kendaraan dan rumah mewah kepada suaminya.

Siti Nuraeni, kakak kandung Abdul Malik, menceritakan adiknya itu kerap mendapatkan perlakuan kasar berupa kontak fisik maupun lisan dari sang istri.

Perlakuan kasar dari Indria Kameswari tersebut sudah dialami adiknya selama menjalin rumah tangga sejak lima tahun lalu.

"Sejak itu adik saya sering dipukuli. Bahkan, adik saya pernah memar-memar di bagian kepalanya," kata Siti Nuraeni saat ditemui di Polres Bogor, Senin, 4 September 2017.

Akar permasalahannya, kata Siti, hanya karena keinginan pegawai BNN itu untuk dibelikan mobil dan rumah mewah tidak pernah ditanggapi.

"Adik saya benar-benar diporotin. (Korban) minta mobil sama rumah mewah sambil ngamuk-ngamuk," ungkap Siti.

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya