Toyota Tidak Percaya Mobil Listrik akan Cepat Diterima

Bagi Toyota, meski pertumbuhannya cepat, namun mobil listrik tidak bisa dengan cepat menggantikan kendaraan konvensional.

oleh Rio Apinino diperbarui 07 Sep 2017, 16:31 WIB
Toyota mempercayakan riset dan pengembangan mobil listrik pada tim kecil berisi empat orang terpilih.

Liputan6.com, Aichi - Mobil listrik menawarkan sesuatu yang baru di industri otomotif, yang telah berjalan selama ratusan tahun. Ia tidak mengeluarkan emisi, tidak juga bersuara. Berbanding terbalik dengan kendaraan konvensional yang ada sekarang.

Meski terlihat seperti keniscayaan sejarah, namun bagi Takeshi Uchiyamada, Chairman Toyota, perubahan tidak akan terjadi begitu cepat. "Kami skeptis akan terjadi pergeseran cepat ke kendaraan listrik murni," terang Uchiyamada, kepada CNBC, dikutip Kamis (7/9/2017).

Yang terjadi saat ini di beberapa negara yang pertumbuhan kendaraan listriknya tinggi, ujar Uchiyamada, adalah semacam pemaksaan pemerintah kepada pabrikan, tanpa sekalipun memperhatikan kenyamanan atau kebutuhan pengguna, dalam hal ini masyarakat.

"Karena ada peraturan atau Undang-undang yang mendorong pengembangan kendaraan listrik mulai berlaku di tempat-tempat seperti Cina dan Amerika Serikat (AS), para pembuat mobil tidak akan punya pilihan selain melakukan itu, atau risikonya keluar dari bisnis," tambahnya.

Selain soal konsumen yang tidak dilibatkan, Uchiyamada juga melihat bahwa pabrikan sebetulnya belum terlalu siap, terutama soal teknologi baterai.

"Agar bisa menempuh jarak jauh, kendaraan listrik saat ini perlu dilengkapi dengan banyak baterai yang membutuhkan waktu panjang untuk mengisi daya. Belum lagi masalah masa pakai baterai," Uchiyamada menambahkan. Durasi isi ulang yang panjang memang jadi masalah yang belum terselesaikan.

Menurut Uchiyamada, dibutuhkan beberapa terobosan lagi sebelum akhirnya mobil listrik benar-benar bisa diterima publik.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:


Soal Limbah

Satu isu lain yang erat dengan mobil listrik adalah soal limbah baterai.

Isu limbah baterai ini semakin mencuat kala pemerintah Indonesia tengah merangkum aturan terkait program kendaraan emisi rendah atau Low Carbon Emission Vehicle (LCEV), di mana di dalamnya terdapat soal mobil hybrid dan listrik yang menggunakan baterai sebagai penyuplai tenaga.

Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono ikut angkat bicara. Kata dia, saat ini Toyota sedang mengembangkan baterai selain lithium, dan itu menggunakan teknologi baru.

"Di mana itu memperpanjang life time baterai. Kedua, charging time line-nya supaya lebih rendah," ungkap Warih di pabrik di Auditorium Hall TIA Karawang 3, Jawa Barat, Agustus kemarin.

Warih menyatakan, teknologi baterai ini masih dalam tahap pengembangan. Jika masuk Indonesia kemungkinan akan dikirim utuh (CBU), kemudian baru terpisah (CKD).

"Tentu pada akhirnya kami mau nanti fuel efficient vehicle part by part seperti mobil Kijang Innova sekarang. Supaya Industri bukan hanya Toyota tapi supply change bisa ikut," jelas Warih.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya