PM Jepang Tantang Putin Adu Judo Lawan Peraih Emas Olimpiade

Meski mengajak dua presiden datang dan bertanding, Abe mengaku tak akan turut ambil bagian apabila pertandingan itu benar-benar berlangsung.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 08 Sep 2017, 09:09 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tiba di tempat pertemuan dialog bisnis Jepang-Rusia di Tokyo, Jepang, Jumat (16/12). (REUTERS / Kim Kyung-Hoon)

Liputan6.com, Tokyo - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menantang Presiden Rusia sekaligus praktisi judo, Vladimir Putin untuk menjatuhkan peraih medali emas Olimpiade bernama Yasuhiro Yamishita.

Dikutip dari laman Newsweek.com, Jumat (8/9/2017), berbicara kepada Yamashita di sebuah forum ekonomi Asia yang diselenggarakan di Vladivostok, Abe mengatakan bahwa ia akan senang apabila Putin bersama Presiden Mongolia Khaltmaagiin Battulga -- yang juga penggemar olahraga judo -- ikut bergabung dalam pertandingan tersebut.

"Yamashita, bisakah kamu turut membantu saya untuk mengundang dua presiden bersabuk hitam itu untuk datang ke Jepang dan hadir dalam pertandingan judo?," ujar Abe.

"Dengan cara itu, tentu Yamashita dan kedua presiden dapat menunjukkan kepada kita bagaimana cara yang benar untuk melakukan teknik judo," tambah Abe.

Meski mengajak dua presiden datang dan bertanding, Abe mengaku tak akan turut ambil bagian apabila pertandingan itu benar-benar berlangsung. Pasalnya, ia bukan seorang atlet judo dan tak ingin mengalami cedera.

Pertemuan terakhir Putin dan Abe berlangsung di Jepang. Kala itu, keduanya hadir dalam sebuah pameran judo di Institusi Judo Kodokan yang sangat terkenal di Tokyo.

Sebagai pecinta judo, Putin mengatakan bahwa olahraga tersebut memiliki filosofi yang dalam. Olahraga ini mengajarkan bagaimana cara seseorang menghormati pasangan, orangtua dan guru yang selama ini dianggap sebagai panutan kita.

 


Keahlian Lain Putin

Presiden Rusia Vladimir Putin dikenal sebagai sosok yang serba bisa. Ia pernah menunggangi kuda sambil bertelanjang dada di tengah cuaca dingin yang menusuk tulang di Siberia, mengarahkan bangau ke jalur migrasi menggunakan pesawat layang delta, berenang dengan lumba-lumba, mahir bermain judo, hingga menyelam ke Danau Baikal dan Laut Hitam.

Namun keahlian Putin tidak berhenti sampai di situ saja. Di sela-sela KTT Belt and Road di Beijing, China, ia memamerkan kebolehannya yang lain: bermain piano.

Di hadapan Presiden Xi Jinping, Putin memainkan dua lagu. Pertama adalah "Evening Song" milik Vasily Solovyov-Sedoi dan yang kedua adalah "Moscow Windows" milik Tikhon Khrennikov.

Kedua lagu tersebut berasal dari tahun 1950-an. Pada era itu, Putin baru lahir dan Uni Soviet masih di bawah bayang-bayang Stalin.

Dikutip dari New York Times, penampilan Putin terlihat santai, tapi dinilai tidak spontan. Video resital tersebut dengan cepat menjadi viral melalui media pemerintah Rusia.

Sebagian berpandangan, penampilan Putin tersebut mungkin bertujuan untuk menunjukkan sisi lembutnya mengingat tak sedikit yang melihatnya sebagai pemimpin otoriter. Ia telah berkuasa sejak 1999 dan kerap tampil gagah.

"Evening Song" lazimnya kerap dimainkan dengan lirik Aleksandr Churkin yang ditulis pada 1957. Itu dianggap sebagai lagu kebangsaan tidak resmi di St Petersburg, kampung halaman Putin yang sebelumnya dikenal sebagai Leningrad.

Pada 1980-an, penggemar tim sepak bola St Petersburg Zenit mengubahnya menjadi lagu kebangsaan tidak resmi tim tersebut.

KTT Belt and Road yang merupakan upaya China untuk menghidupkan kembali Jalur Sutra dihadiri setidaknya 29 kepala negara, termasuk Presiden Joko Widodo.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya