Liputan6.com, Jakarta - Sebuah temuan bukti baru terkait kontroversi keterlibatan pemerintahan Rusia dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) pada 2016 muncul ke permukaan.
Seperti yang dilansir Facebook, Jumat (8/9/2017), perusahaan mengidentifikasi iklan dengan nilai lebih dari US$ 100.000 atau sekitar Rp 1,3 miliar yang terkait dengan isu-isu sensitif di masyarakat telah dibeli oleh perusahaan Rusia.
Bisa dibilang, Facebook secara tak langsung menjual iklan itu kepada pihak yang tak bertanggung jawab, dalam hal ini sejumlah perusahaan Rusia.
Baca Juga
Advertisement
"Meski sebagian besar dari 3.000 iklan tersebut tidak mengacu pada kandidat tertentu dalam pemilihan Presiden AS lalu, iklan tersebut lebih berfokus pada masalah sosial, seperti isu ras, kontrol senjata, imigrasi hingga orientasi sosial," ungkap Alex Stamos, Chief Security Officer Facebook.
Diketahui, iklan tersebut sudah lalu-lalang di Facebook sejak Juni 2015 hingga Mei 2017. Sekitar 470 akun dan laman palsu perusahaan Rusia yang terkait dengan iklan tersebut sudah dipaksa tutup.
Meski Stamos tidak memberikan informasi lebih detail tentang identitas pelaku yang diduga terlibat, The Washington Post melaporkan, perwakilan Facebook mengarahkan penyelidik kongres dengan menyebutkan iklan-iklan itu berasal dari troll farm pendukung pemerintahan Kremlin.
Sekadar informasi, troll farm adalah organisasi yang mempekerjakan karyawan atau anggota dalam upaya untuk menciptakan konflik dan gangguan dalam komunitas online dengan mengunggah komentar yang bersifat provokatif.
Sebagai salah satu saluran informasi yang paling banyak diakses saat ini, Facebook acap kali mendapat kritikan pedas karena sering menyebarkan cerita palsu atau hoax.
Menanggapi hal tersebut, perusahaan mengambil langkah untuk mendeteksi hoax berdasarkan jumlah unggahan dengan frekuensi yang sangat tinggi.
"Kami sadar dan harus waspada dalam menghadapi pihak-pihak yang mencoba menyalahgunakan platform Facebook," tulis Stamos.
(Ysl/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: