Liputan6.com, Kudus-- Legenda bulu tangkis Indonesia, Ivanna Lie, pesimistis prestasi tunggal putri Indonesia akan meningkat dalam dua atau tiga tahun ke depan.
Tunggal putri hanya mampu menyumbang medali perunggu dari cabang bulu tangkis pada SEA Games 2017. Medali tersebut diraih Gregoria Mariska.
Baca Juga
Advertisement
Keterpurukan prestasi tunggal putri sebenarnya tidak hanya terjadi di SEA Games, namun juga turnamen bulu tangkis lainnya. Khusus di SEA Games 2017, legenda bulu tangkis tunggal putri Indonesia Ivanna Lie mengatakan hal itu sudah diprediksi.
"Sudah diprediksi. Kita tahu siapa yang ikut serta. Thailand memang bagus-bagus pemainya. Kalau gagal, menurut saya, tidak mengagetkan," kata peraih medali emas SEA Games 1979 dan 1983 kepada Liputan6.com di Kudus, Jumat (8/9/2017).
Ketika ditanya sampai berapa lama keterpurukan prestasi tunggal putri, Ivanna menjawab: "Saya harus tarik napas panjang banget. Akan lama sekali."
Menurut Ivanna, hal ini disebabkan usia pebulu tangkis Indonesia tak jauh berbeda dengan para pebulu tangkis tunggal putri dari negara lain yang kini menjadi juara. Fitriani dan Gregoria saat ini berusia 18 tahun. Sedangkan Hanna Ramadini 23 tahun.
Sementara itu, Tai Tzu Ying yang menempati peringkat satu dunia tunggal putri, baru berusia 23 tahun. Akane Yamaguchi dari Jepang berusia 23 tahun dan merupakan juara Denmark dan Jerman Open.
Pusarla V. Sindhu berusia 22 tahun. Tunggal putri India ini adalah runner up Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2017. Sedangkan Ratchanok Intanon yang menempati delapan dunia dari Thailand usianya 22 tahun.
"Kualitasnya kalah. Akan lama sekali. Satu atau dua tingkat di atas kita kualitasnya," ucap Ivanna. "Jadi kalau bicara dua atau tiga tahun, tidak bisa. Karena usia mereka, Sindhu, Tai Tzu juga masih muda."
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kelemahan
Untuk kualitas tunggal putri, Ivanna mengatakan masih ditingkatkan. "Kalau masih muda, tentu ada ruang untuk berkembang masih ada. Dengan semakin lama bermain, tentu kualitasnya akan membaik. Tapi, apakah kualitas itu bisa menyamai Tai Tzu Ying atau Sindhu, belum tentu," ujarnya.
Tak hanya itu, runner-up Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 1980 itu juga masih meragukan konsistensi tunggal putri Indonesia di papan atas. "Suatu waktu mungkin mereka sudah cukup matang dan bisa mengalahkan, tapi untuk konsisten di tingkat-tingkat itu belum tentu," paparnya.
Menurut Ivanna, kelemahan tunggal putri ada di stamina. "Kalau bicara Fitriani (posturnya) kecil, Nozomi Okuhara yang menjadi Juara Dunia 2017 juga posturnya kecil. Tapi, dia mampu menguasai lapangan, lari kemana-kemana, dan bermain reli-reli panjang. Selain punya niat yang hebat, staminya juga mendukung. Sementara kita, stamina kurang" papar Ivanna.
Advertisement