Begini Dampak Bila Indonesia Putus Hubungan Diplomatik Myanmar

Kesepakatan malah bisa batal jika ada negara yang merasa tak nyaman lantaran menganggap ditekan.

oleh Zainul Arifin diperbarui 09 Sep 2017, 06:20 WIB
Massa yang mengatasnamakan Solidaritas Muslim Rohingya (SMR) membawa sebuah poster di depan Kedubes Myanmar, Jakarta, Jumat (25/11). Mereka menuntut pemerintah Myanmar segera menghentikan kekerasan terhadap muslim Rohingya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Malang - Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Ito Sumardi, menyebut tuntutan pemutusan hubungan diplomatik dengan Myanmar tak masuk akal. Pemerintah Indonesia justru tak bisa terlibat dalam penyelesaian konflik dan penyaluran bantuan kemanusiaan ke pengungsi Rohingya jika tak memiliki hubungan diplomatik.

"Gampang kalau bilang putuskan hubungan, tapi kaitannya apa? Kita tak perang dengan Myanmar, tak ada masyarakat kita yang diperangi oleh mereka," kata Ito di Malang, Jawa Timur, Jumat, 8 September 2017.

Pemerintah Indonesia, kata Ito, sudah menjalin kesepakatan dengan pemerintah Myanmar dan Bangladesh terkait penyaluran bantuan kemanusiaan ke pengungsi Rohingya.

Kesepakatan itu malah bisa batal jika ada negara yang merasa tak nyaman lantaran menganggap ditekan. Atau ada sesuatu yang bisa menyinggung harga diri negara tersebut.

"Sebagai negara berdaulat, kalau merasa tersinggung harga dirinya dan malah menutup diri kita bisa apa? Tentu akan semakin menyulitkan kita untuk menyampaikan pesan dan bantuan kemanusiaan," ujar Ito.

Ito menambahkan, ada dua menteri Myanmar yang menghubunginya dan menanyakan adanya aksi lempar bom molotov sampai pembakaran bendera mereka di depan kantor Kedutaan Myanmar di Jakarta. Hal itu dikhawatirkan mengganggu proses diplomasi yang sedang dibangun pemerintah Indonesia.

"Mereka protes. Coba misalnya ada pembakaran bendera di depan kedutaan kita, pasti rakyat Indonesia marah. Saya beri pemahaman ke mereka bahwa itu tak merepresentasikan warga yang berdemo. Itu hanya sebagian kecil saja," ungkap Ito.

Menurut dia, bila pemerintah Indonesia bersimpati dengan etnis Rohingnya, maka pesan yang disampaikan harus dengan cara simpatik. Fakta bahwa tak ada sentimen agama dalam konflik antara etnis Rohingya dengan pemerintah Myanmar disebut sering sulit diterima oleh beberapa elemen kelompok masyarakat.

"Kecuali ada perlakuan yang serius ke KBRI di Myanmar atau masyarakat kita diperangi, maka bisa kita putuskan hubungan," ucap Ito.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Akar Masalah

Ito mengaku selama empat tahun menjadi Duta Besar di Myanmar, dia bisa memahami akar konflik di negara tersebut. Pengalamannya, sejauh ini hubungan antara warga Myanmar dengan umat muslim di negara itu selain dari etnis Rohingnya tetap berjalan harmonis.

"Selama ini juga tak ada larangan kumandang azan di sana. Perayaan Idul Adha kemarin juga lancar," tutur Ito.

Ia sebagai perwakilan Indonesia di Myanmar sudah menyampaikan fakta yang sesungguhnya terjadi di negara tersebut. Ito justru heran dengan adanya kelompok masyarakat di Indonesia yang mendukung aksi kelompok bersenjata yang justru menimbulkan korban dari warga sipil Rohingnya.

"Kita semua, kan, tahu siapa kelompok bersenjata itu dan siapa di belakangnya," kata Ito.

"Kalau dijabarkan dengan opini masing-masing ya boleh saja. Ini negara demokrasi sepanjang tidak menyangkut pribadi saya. Kalau menyangkut pribadi, saya akan tempuh jalur hukum," lanjut Ito.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya