Liputan6.com, Jakarta - Samsung menggelar workshop Samsung Create bertema Immersive Video Story Telling menggunakan teknologi video 360 di Jakarta Creative Hub, Jakarta, Sabtu (9/9/2017).
Dalam workshop ini, peserta yang hadir terdiri dari content creator, production house, dan beberapa media.
Advertisement
Selama satu hari penuh mulai jam 9.30 hingga 18.00, peserta workshop akan mendapatkan materi dari berbagai pembicara. Misalnya di sesi pertama diisi oleh Sutradara Film Hanung Bramantyo, dilanjutkan oleh Pembuat Film Dokumenter Teguh Andrianto, dan Content Creator Edho Zell.
Sesi selanjutnya diisi oleh Utomo Widiyasa dan Yudhi Fardhani dari DCImaji, perusahaan kreatif di bidang pembuatan video HD, hingga perwakilan dari Google.
Yonas Christian, Assistant Manager Marcomm Premium Wearables- IT and Mobile Business sebagai perwakilan Samsung dalam workshop ini mengatakan, teknologi kian berkembang, dari yang semula foto hanya satu bidang datar, kini hadir konten 360 yang kian populer di kalangan pengguna.
"Untuk itu, Samsung juga merilis Gear 360 untuk menjawab kebutuhan masyarakat atas konten-konten 360. Konten 360 tersebut bisa jadi apa saja, entah untuk membuat berita, menceritakan sesuatu, hingga membuat film. Bahkan, konten 360 juga bisa dibagikan secara live. Misalnya saja yang terbaru, menggunakan headset VR sudah bisa nonton konser Coldplay," katanya.
Untuk itulah, Samsung mengadakan workshop mengenai konten 360 agar dapat memberikan informasi dan pengalaman lebih detail mengenai Samsung Gear 360.
Sekadar diketahui, Samsung menghadirkan Gear 360 terbaru sebagai bagian dari Samsung Galaxy Ecosystem untuk melengkapi pengalaman pengguna Samsung Galaxy S8 dan S8+ dalam berkreasi menciptakan konten-konten lebih menarik dengan lebih mudah.
Samsung Gear 360 terbaru memiliki kemampuan untuk menghasilkan konten beresolusi 4K melalui kamera dengan kemampuan merekam 360 derajat yang dapat disiarkan langsung melalui berbagai media sosial.
Kata Hanung Bramantyo tentang Kamera 360
Salah satu speaker, Hanung Bramantyo juga membagikan pengetahuannya sebagai seorang sutradara film. Menurut dia, teknologi kamera yang digunakan dalam film sudah berkembang pesat, tetapi penonton pun beragam.
Untuk itu, sebelum membuat film seorang film maker harus menentukan berbagai hal termasuk penggunaan kamera sesuai dengan audiens yang ingin disasar.
Hanung juga menuturkan perbedaan film berteknologi konvensional dengan teknologi terkini, dalam hal ini kamera 360.
"Di film yang pakai teknologi konvensional, sutradara harus meng-guide apa yang dilihat penonton, tapi kalau menggunakan teknologi yang baru, film maker akan membebaskan penonton memilih apa yang akan dilihatnya," kata suami Zaskia Adya Mecca itu.
Ia pun menuturkan, meski kamera 360 merupakan teknologi mutakhir, kekurangannya adalah gambar yang dihasilkan tidak bisa close up. Dengan demikian, subjek atau pemain film harus mendekat untuk menciptakan efek-efek yang close up.
Sebagai sutradara film, Hanung juga berpendapat, munculnya teknologi kamera 360 untuk membuat film akan mulai diterima oleh audiens.
"Asalkan produknya inovatif, kontennya bagus, dan pemasarannya juga bagus. Mungkin memang konten film 360 belum bisa disaksikan melalui bioskop saat ini, tetapi dengan adanya layanan berbagi video, itu juga jadi market," ujar Hanung.
Sutradara film 'Habibie dan Ainun' ini pun tertarik untuk membuat film dengan teknologi kamera 360.
"Tertarik (membuat film dengan kamera 360), mungkin akan mulainya dari film pendek yang menontonnya bisa melalui perangkat virtual reality," katanya.
(Tin/Isk)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement