Keluarga Bangun Prasarti Istimewa di Makam Gus Dur

Sejak dipasang pada 21 Juni 2017, prasasti di makam Gus Dur tersebut masih ditutupi kain putih dan menggunakan empat bahasa.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Sep 2017, 04:03 WIB
Istri mendiang Gus Dur, Sinta Nuriyah dan anaknya, Yenni Wahid menaburkan bunga di makam Gus Dur di komplek pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur Selasa, 4 Agustus 2015. Ziarah tersebut bertepatan dengan hari lahir Gus Dur. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Keluarga Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur akhirnya memutuskan untuk membuka prasasti untuk umum di makam Gus Dur, kompleks pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Sehingga setiap peziarah bisa membaca isi tulisan prasasti tersebut.

Zannuba Arifah Chafsoh, putri kedua Gus Dur mengemukakan keluarga sudah lama menyiapkan proses pembuatan prasasti tersebut, sekitar satu tahun. Sejak dipasang pada 21 Juni 2017, prasasti tersebut masih ditutupi kain putih.

"Peresmian prasasti makam dilakukan secara sederhana. Hanya tahlilan bersama keluarga dan beberapa teman dekat Gus Dur," ujar Zannuba, seperti dilansir Antara, Minggu, 10 September 2017.

Perempuan yang akrab disapa Yenny Wahid ini mengatakan, prasasti makam sengaja dibuat dan bertuliskan pesan yang pernah disampaikan Gus Dur semasa hidupnya.

Sebelum meninggal, Gus Dur ingin di makamnya tertulis kalimat, "Di sini berbaring seorang pejuang kemanusiaan".

Amanat tersebut baru bisa diwujudkan keluarga setelah hampir sewindu Gus Dur wafat, dan dimakamkan di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang.

Yenny yang juga hadir dalam peresmian di Pondok Pesantren Tebuireng, tersebut menyebutkan, tulisan dalam prasasti tersebut juga sengaja dibuat dalam empat bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Arab, Inggris, dan China.

"Tulisan tersebut ditulis dalam empat bahasa. Itu untuk menggambarkan universalitas sosok Gus Dur," ujar dia.

Saksikan video menarik berikut ini:

 

 


Bahan Istimewa

Prasasti tersebut dibuat dengan bahan istimewa. Prasasti yang berukuran 115 x 60 sentimeter serta setinggi 45 sentimeter itu tersusun dari tiga batu, sebagai representasi dari tiga peradaban dan telah berusia ribuan tahun.

Untuk batu besarnya adalah Verde Patricia, marmer hijau yang berasal dari India. Di tengahnya terdapat onyx hijau yang berasal dari Persia. Sementara, tulisan yang berisi pesan Gus Dur dalam empat bahasa dipasang di Statuario, yang merupakan batu marmer dari Italia.

Dalam kegiatan yang berlangsung Sabtu malam, 9 September lalu itu, dihadiri keluarga besar Gus Dur. Istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid meresmikan secara langsung pembukaan prasasti di makam suaminya itu.

Ia juga didampingi dua anaknya antara lain Alissa Qotrunnada Munawaroh (Alissa) dan Yenny Wahid. Selain itu, beberapa keluarga dan orang dekat Gus Dur seperti Ngatawi Al-Zastrow juga hadir.

Sementara, Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz dan Nyai Hajah Lelly Lailiyah, serta beberapa kerabat dekat Gus Dur di Tebuireng, juga menghadiri acara tersebut.

Setelah peresmian, Shinta Nuriyah juga menyempatkan diri beramah tamah di 'Dalem Kasepuhan' Tebuireng.

Gus Dur meninggal dunia pada Rabu, 30 Desember 2009. Jenazahnya dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga, Pondok Pesantren Tebuireng, satu lokasi dengan makam kakeknya, KH Hasjim Asy'ari yang merupakan pendiri organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) serta ayahandanya KH Wahid Hasjim, yang juga tokoh negara.

Makam Gus Dur saat ini menjadi salah satu destinasi wisata religi di Jawa Timur. Ribuan peziarah dari berbagai daerah memadati makam tersebut setiap hari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya