Liputan6.com, Jakarta Obesitas adalah suatu keadaan di mana terjadi penumpukan lemak sangat tinggi di dalam tubuh yang berakibat berat badan berada di luar batas ideal. Obesitas harus mendapatkan pengobatan khusus, baik pengobatan nonfarmakologis.
Kelebihan berat badan ini juga bisa ditangkal dengan obat-obatan khusus. Bahkan, jika mencapai indikasi tertentu, bisa dilakukan pembedahan. Penyakit ini bersifat multifaktorial dan dapat mengganggu kesehatan seseorang.
Advertisement
Menurut sebuah studi yang dilakukan peneliti dari Universitas Washington pada 2015, Tiongkok memiliki 15 juta anak obesitas. Salah satunya adalah Xiao Hao. India kemudian menyusul Tiongkok dengan jumlah 14 juta orang. Seperti yang dialami Aliya Saleem. Begitu juga dengan Arya Permana, bocah obesitas dengan bobot 192 kg.
Apakah obesitas terjadi hanya karena faktor terlalu banyak makan? Berikut penjelasan dr Yongki Warigit DA, SpPD, MKes, kepada Health-Liputan6.com, Selasa (12/9/2017).
"Obesitas juga dapat terjadi secara sekunder atau karena adanya suatu penyakit yang menjadi penyebab kondisi obesitas tersebut. Oleh karena itu, jika Anda merasakan berat badan berlebih, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
Dokter yang merupakan jebolan ajang pencarian bakat AFI 2005 ini membeberkan contoh penyakit yang dapat menyebabkan obesitas. Di antaranya defisiensi hormon tiroid, sindrom ovarium polikistik, sindrom cushing, dan memang adanya suatu mutasi genetik pada seseorang tersebut.
Cara mengetahui bahwa seseorang terkena obesitas
Untuk mengetahui dan mendiagnosis obesitas ditegakkan dengan cara pengukuran atau Indeks Masa Tubuh (IMT), yaitu Berat Badan (BB) kita dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan (TB) dalam meter lalu dikuadratkan (m2) atau IMT = BB/TB2.
Pada saat pemeriksaan nantinya, dokter Yongki mengatakan, biasanya akan dilakukan pengukuran tekanan darah, nadi, suhu tubuh, berat badan, tinggi badan, IMT, dan lingkar perut. Lalu, bagaimana mengetahui kalau berat kita sudah berlebih atau dikategorikan obesitas?
"Berdasarkan klasifikasi sebagai berikut di mana nilai normal IMT adalah 18,5-22,9. Jika dikatakan berat badan seseorang berlebih adalah ≥23 dan untuk seseorang yang berisiko adalah 23-24,9. Berikutnya obesitas tingkat I adalah 25-29,9 dan obesitas tingkat II atau yang paling berat adalah dengan IMT ≥30," ucap dokter Yongki.
Advertisement
Harus serius dalam penanganan obesitas
Manajemen atau penanganan obesitas masing-masing orang berbeda berdasarkan IMT orang tersebut. Jika seseorang hanya termasuk kriteria berisiko, cukup dilakukan terapi seperti perubahan gaya hidup, meliputi terapi diet dan aktivitas fisik, serta terapi perilaku.
"Jika seseorang dikatakan obesitas, maka terapinya sudah harus dengan pemberian obat. Jika seseorang sudah mencapai obesitas pada tahapan lanjut atau berat, maka dapat dilakukan pembedahan," jelas dokter yang dinas di RS Dr. Moewardi, Solo.
Ketika banyak orang yang menyepelekan obesitas, dokter Yongki menyarankan agar seseorang lebih peka terhadap masalah obesitas ini. Apa yang akan terjadi ketika masalah ini tidak ditangani secara serius?
"Komplikasi dan risiko terhadap peningkatan angka kematian, disabilitas, peningkatan angka kesakitan, risiko penyakit jantung, risiko kanker, demensia, resiko terkena GERD (refluks esofagus), batu saluran empedu, penyakit hati, penyakit ginjal kronik, batu ginjal, infertilitas pada laki laki, nyeri pinggang belakang, fraktur, dan oesteoartritis," tutup dokter yang masih sering dapat tawaran menyanyi ini.