Kekecewaan Orangtua Bocah SD yang Meninggal Usai Divaksin MR

Kepala Dinas Kesehatan Lumajang sempat menemui orangtua bocah SD yang meninggal usai divaksin MR dan meminta mereka bersabar.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 11 Sep 2017, 12:32 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Lumajang sempat menemui orangtua bocah SD yang meninggal usai divaksin MR meminta mereka bersabar. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Lumajang - Memasuki hari keempat meninggalnya Safira Faradika (11), siswa kelas 5 SD di Lumajang, Jawa Timur, suasana duka masih menyelimuti keluarga. Sang ayah, Agus Suroso, tak henti-hentinya menatap dan memandangi barang-barang milik putri sulungnya yang diduga meninggal dunia akibat vaksin MR itu.

Agus mengaku, sebelumnya telah mengikhlaskan kepergian Sarifah yang amat mendadak. Namun, hatinya kembali panas setelah mendengar pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Lumajang, Tri Woro, saat konferensi pers pada Sabu, 9 September 2017.

Menurut Agus, pihak dinas kesehatan terkesan tidak bertanggung jawab atas kesalahan prosedur yang diduga dialami anaknya saat pemberian vaksin MR.

"Sesaat setelah saya mendengar pernyataan Ibu Kepala Dinas Kesehatan, saya sangat menyesal sekali. Saya sangat kecewa sekali karena Beliau tidak mengakui kesalahan dan kekurangan dari prosedur dari kesehatan," tutur Agus, Minggu siang, 10 September 2017.

Dia mengatakan, masih akan berembuk bersama keluarganya, apakah kasus ini dilanjutkan atau tidak. "Sebenarnya Beliau itu sudah ke sini, tapi enggak bilang apa-apa, cuma bilang sabar gitu saja," katanya.

Dia menyebut pihak Dinas Kesehatan kurang menyosialisasikan perihal vaksinasi MR. Ia juga mengaku tidak mendapat pemberitahuan dari sekolah sebelum imunisasi itu diberikan pada anaknya.

"Sosialisasi itu tidak ada dan pemberitahuan dari sekolah juga tidak ada kalau ada imunisasi," ujarnya.

Sebelumnya, Safira, siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Joguyudan, Lumajang, Jawa Timur, mengalami kejang-kejang sepulang sekolah. Pada Rabu siang, 6 September 2017, ia mengaku habis disuntik vaksin MR.

Ayah korban, Agus Suroso (43) mengatakan, sebelumnya anaknya sempat izin tidak masuk sekolah selama tiga hari karena sakit demam. "Setelah ikut suntik campak dan imunisasi rubella, anak saya pulang dan langsung tidur hingga sore. Saat bangun, anak saya pergi ke kamar mandi dan tak lama kemudian anak saya teriak minta tolong disertai kejang-kejang," tutur Agus.

Dia mengatakan, anaknya sempat dirawat di puskesmas terdekat, tetapi nyawanya tidak bisa diselamatkan. "Anak saya korban meninggal dunia pada Kamis dini hari kemarin," ucapnya.

Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, Tri Woro menyampaikan jika pihaknya mengaku tidak mengetahui jika korban baru sembuh dari sakit demam.

"Korban meninggal bukan karena imunisasi rubella, tetapi karena sebelumnya dia memang sakit. Dan kebetulan rumah korban juga tetanggaan dengan puskesmas, maka tentu kita juga sudah takziah kemarin," ujar Tri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya