Siapkah Belitung Menghadapi Kemajuan dan Perkembangan Pariwisata?

Penerbangan internasional langsung dan datangnya para calon investor ini seakan memberikan kesempatan yang jauh lebih baik dan menjanjikan.

oleh Annissa Wulan diperbarui 11 Sep 2017, 13:23 WIB
Wisatawan menikmati sunset di Pantai Tanjung Pendam, Tanjung Pandan, Belitung (Foto: Gholib)

Liputan6.com, Jakarta Akhir pekan kemarin, Provinsi Belitung, Kepulauan Bangka Belitung resmi memiliki penerbangan internasional langsung dari Kuala Lumpur ke Belitung melalui Bandara Udara H. As. Hanandjoeddin. Ditandai dengan kedatangan 188 calon investor dari MBCC (Malindo Business & Culture Center), Belitung sekaligus membuka dirinya untuk berbagai kesempatan investasi.

Hal ini diakui pemerintah sebagai salah satu upaya memajukan, serta mengembangkan pariwisata yang dimiliki Bumi Laskar Pelangi. Faktanya, sebelum menjadi latar belakang dari film fenomenal Laskar Pelangi, sebagian masyarakat Belitung mencari penghidupan dari tambang. Inilah yang kemudian menjadikan kekayaan alam yang berupa tambang timah lama kelamaan tergerus dan sulit didapatkan.

Penerbangan internasional langsung dan datangnya para calon investor ini seakan memberikan kesempatan yang jauh lebih baik dan menjanjikan, yaitu pariwisata. Lantas, pertanyaan yang kemudian mungkin muncul di benak Anda adalah siapkah Belitung menghadapi kemajuan dan pengembangan ini?

Bupati Provinsi Belitung Sahani Saleh mengungkapkan, dalam rentang waktu sejak keluarnya film Laskar Pelangi hingga saat ini, masyarakat Belitung terlihat siap.

"Kita memang menggemakan Laskar Pelangi di tahun 2010 dan sekarang sudah 2017, saya lihat masyarakat sudah cukup siap. Dilihat dari berbagai kegiatan yang justru masyarakat sendiri ingin ikut berpartisipasi," ungkap Sahani Saleh.

Sahani Saleh juga menegaskan bahwa peran aktif masyarakat Belitung sendiri dalam melestarikan adat istiadat budaya juga memperlihatkan kesiapan dari masyarakat itu sendiri.

"Kita harapkan kalau nantinya masyarakat tidak hanya menonton atau menjadi tenaga pekerja saja, namun juga sebagai pelaku, sehingga tidak akan terjadi perubahan sikap dan pola pikir dari masyarakat itu sendiri. Ini juga merupakan salah satu tugas kami di pemerintahan untuk membina masyarakat," ungkpa Sahani Saleh.

Sedangkan Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara I Gde Pitana justru memberikan pendapat yang berbeda.

"Pemerintah manapun tidak pernah siap. Pada tahun 1920an ketika banyak bule datang ke Bali, siapkah Bali? Enggak. Tapi karena berbagai kebutuhan wisatawan, fasilitas-fasilitas kemudian bermunculan. Tapi kalo kita menunggu sampai siap, itu tidak akan pernah terjadi. Jangan pernah menunggu siap untuk mengembangkan suatu daerah," papar I Gde Pitana tentang kesiapan Belitung menghadapi perubahan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya