Liputan6.com, Bandung - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyarankan Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk bisa mengantisipasi perubahan, terutama menyiapkan sumber daya manusia (SDM) dalam bersaing menghadapi kompetisi. Termasuk, membuat terobosan fakultas atau jurusan baru.
"Kita harus berani berubah. Bertahun-tahun saya lihat fakultas di perguruan tinggi, maaf, tidak berubah. Jurusan ekonomi, misalnya, ada jurusan manajemen, pembangunan, akuntansi. Tiga itu wajib ada, bener enggak?" ujar Jokowi saat menyampaikan orasi ilmiahnya dalam acara Dies Natalis ke-60 Unpad di Graha Sanusi Hardjadinata, Bandung, Jawa Barat, Senin (11/9/2017).
"Padahal, yang dibutuhkan mestinya kenapa tidak fakultas ekonomi mengandalkan jurusan logistik manajemen, ritel manajamen, atau online store?" ujar Jokowi yang disambut tepuk tangan hadirin.
Advertisement
Jokowi menegaskan, harus ada perubahan jurusan di perguruan tinggi atau Indonesia akan kalah berkompetisi dengan negara lain.
Berkaitan dengan fakultas sosial dan politik, Jokowi menyebutkan, saat ini setiap perguruan tinggi sudah pasti memiliki jurusan hubungan internasional, sosiologi, dan administrasi negara. Namun, ada yang belum lengkap.
"Di era sekarang kenapa tidak ada jurusan social media? Sepuluh tahun yang akan datang generasi Y yang akan men-drive perubahan itu. Mereka yang akan mempengaruhi pasar, politik, dan ekonomi. Semua negara sudah membicarakan itu semua, sudah menyiapkan itu," kata Presiden.
Dalam perayaan Dies Natalis Unpad kali ini, Jokowi pun menyinggung pengaruh social media, mulai dari dalam negeri hingga urusan luar negeri.
"Unpad ini kenapa tidak memiliki fakultas social media jurusan meme, kenapa tidak? Jurusan animasi, kenapa tidak? Itulah yang akan kita hadapi. Sekarang kita boleh tertawa seperti ini, tapi nanti itu akan terjadi. Apalagi yang men-drive nanti adalah generasi Y yang akan mempengaruhi ekonomi, politik, dan interaksi sosial," kata dia.
Karena itu, kata Jokowi, sebagai agen terdepan dalam pembangunan, universitas harus mampu mengantisipasi perubahan-perubahan. Apalagi sekarang ini seluruh Tanah Air sudah bisa dijangkau internet.
"Ada 144 juta pengguna internet di Indonesia dan kita tiga terbesar penggunanya. Harus kita intervensi agar penggunannya benar dan ini tugas kita semua," Jokowi menandaskan.
Saksikan video menarik berikut ini:
Program Studi Tidak Konvensional
Menanggapi Presiden Jokowi, Rektor Unpad Tri Hanggono Achmad mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah program studi (prodi) baru. Prodi tersebut bahkan sudah terlaksana.
"Sebenarnya sekarang juga sudah kita mulai. Unpad sudah membuka prodi-prodi yang tidak konvensional. Misalnya, ada inovasi regional dan pembangunan berkelanjutan," ujar Hanggono usai acara.
Tri sepakat dengan imbauan Presiden Jokowi, untuk menghadapi tantangan pada era perkembangan teknologi saat ini harus ada inovasi baru. Terutama melahirkan prodi baru.
"Kita akan membuka prodi untuk ekonomi digital dan satu lagi tentang media (Fakultas Ilmu Komunikasi). Media ini bukan bicara teknologi, tapi substansinya. Fikom (Fakultas Ilmu Komunikasi) lebih berkembang sekarang," tegas dia.
Untuk itu, Hanggono menegaskan, Unpad pada tahun akademik baru akan menggodok prodi yang ada sekarang ini, agar ke depan bisa berkembang.
"Sebetulnya kalau bicara kekuatan sudah ada. Makanya tadi di bawah Fikom ada keterlibatan Fisip (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik). Ke depan tantangannya kita melakukan transdisiplin ilmu," terang dia.
Sementara, Dekan Fikom Unpad Dadang Rachmat Hidayat mengatakan, saat ini pihaknya tengah menyiapkan kurikulum baru pada ilmu komunikasi.
"Yang secara substansi sekarang ada jurnalistik, humas. Untuk kurikulum per semester ini akan diperkuat dengan perkembangan teknologi dan informasi," ucap dia.
Selain itu, Dadang mengatakan, Fikom Unpad tahun depan akan membuka program studi animasi digital. Hal ini dilakukan guna menjawab tantangan pada era informasi digital.
"Sebelumnya, dua tahun lalu sudah ada manajemen produksi media," kata dia.
Menurut Dadang, tantangan yang dihadapi Unpad saat ini bukan hanya substansi dan teknologi dalam prodi, tapi juga regulasi dan ekonominya.
"Tidak bisa berdiri sendiri, makanya perlu transdisiplin dengan prodi lain," Dadang menandaskan.
Advertisement