Liputan6.com, Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (Persero) telah mengembangkan produk pesawat terbaru dengan nama N219. Pesawat dengaan kapasitas 19 orang dan dirancang untuk penerbangan perintis ini tengah dalam tahap uji terbang.
Mengingat pesawat ini dirancang untuk penerbangan di area terluar dan terdepan, maka N219 ini bisa terbang dan mendarat hanya dengan menggunakan landasan sepanjang 500 meter. Meski belum resmi produksi masal, tetapi sudah ada beberapa maskapai yang akan membeli pesawat ini.
Baca Juga
Advertisement
Di luar itu, tahukan Anda bahwa N219 bukan pesawat pertama kali yang murni diproduksi oleh Indonesia? Sampai saat ini sudah ada tiga pesawat yang dihasilkan insinyur asli Indonesia, dan diproduksi di Bandung.
"Dalam sejarah, sudah ada tiga kali terbang perdana pesawat buatan Bandung," kata Deputi Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno seperti ditulis Liputan6.com, Selasa (12/9/2017).
Jenis pesawat apa dan tahun berapa pesawat tersebut berhasil terbang perdana di landasan Bandara Husen Sastranegara Bandung yang juga markas dari PT Dirgantara Indonesia? berikut ulasannya:
CN-235
CN-235 pertama kali terbang di Bandung pada 1983. Pesawat ini kini menjadi pesawat terlaris yang pernah diproduksi di Bandung. PT DI sampai saat ini telah memproduksi CN-235 lebih dari 60 unit.
Pesawat khusus untuk kepentingan militer seperti angkut pasukan dan pengawasan udara. Tak sedikit juga negara yang menggunakan CN-235 ini sebagai pesawat VIP.
Mendapat nama CN-235 karena dalam memproduksi, PT DI menggandeng Airbus, melalui anak usahanya yaitu CASA. maka dari itu pesawat ini memiliki kode CN, yang berarti CASA dan Nusantara.
Meski pesawat ini murni dikembangkan oleh insinyur asal Indonesia, namun dalam pemasarannya, Indonesia mendapat hak pemasaran di wilayah Asia, Afrika dan Timur Tengah. Sedangkan CASA, mendapat hak pemasaran di Eropa dan Amerika Serikat.
Saat ini, Korea Selatan dan Turki menjadi negara yang memiliki CN-235 paling banyak di dunia, dimana masing-masing memiliki 12 dan 9 unit.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
N-250
Pesawat ini terbang perdana di Bandung pada Agustus 1998. Pesawat yang produksinya dipimpon oleh Presiden RI ke-3 BJ Habibie ini menjadi pesawat yang tercanggih dikelasnya. Bahkan pesawat ini pernah dipamerkan di beberapa Airshow di Eropa bersama dengan CN-235.
Pesawat ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km per jam atau 330 mil per jam dan kecepatan ekonomis 555 km per jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang.
Ketinggian operasi 25.000 kaki atau 7620 meter dengan daya jelajah 1480 km.
Pesawat ini merupakan primadona di Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang saat ini berubah menjadi PT DI dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya.
Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.
Pertimbangan Habibie untuk memproduksi pesawat itu diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.
Advertisement
N-219
Setelah hampir 20 tahun, akhirnya industri pesawat terbang di Indonesia kembali bangkit. N-219 menjadi tanda bagi produsen pesawat dunia bahwa Indonesia terus berkembang. Pesawat dengan kapasitas 19 orang ini tebang perdana pada 16 Agustus 2017. Ini seklaigus menjadi kado HUT RI ke-72.
Pesawat ini sukses terbang di langit bandung selama kurang lebih 30 menit. Dalam pengembangannya selama tiga tahun PT DI tidak sendiri, mereka juga melibatkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
N-219 didesain untuk angkut penumpang dan kargo. Pesawat ini mampu epas landas dan landing di runway yang hanya memiliki panjang 500 meter. Bahkan di saat darurat, N-219 mampu mendarat di jalan raya.
Kecepatan jelajah maksimum pesawat ini mencapai 395 km/jam dan mempunyai muatan maksimum mencapai 2.500 kg. Jika nanti sudah diproduksi, pesawar ini akan dibandrol seharga US$ 4,5 - 5 juta. Adapun saat ini, Lion Air Group sudah memesan 100 unit N219.