Liputan6.com, Jakarta - Paulus Alfret terpaksa putus kuliah karena keterbatasan biaya. Paul--sapaan akrabnya yang juga anak petani sayur kini sibuk bekerja sebagai driver ojek online.
Kisah Paul pertama kali diungkap seorang pengacara hak asasi manusia di salah satu organisasi bantuan hukum di Jakarta. Alldo Fellix Januardy memutuskan untuk membuat kampanye ini agar Paulus kelak bisa mewujudkan mimpinya menjadi pengacara.
Advertisement
Paulus datang kepada saya dengan wajah muram. Ia bercerita kepada saya bahwa ia tidak diperbolehkan mengikuti ujian akhir semester ke-2 di Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana, karena belum lunas membayar uang kuliah.
"Orang tua saya sudah pasrah dan menyuruh saya untuk berhenti kuliah, tapi tekad saya sangat besar untuk tetap lanjut. Saya ingin membuat mereka bangga dengan saya dengan menunjukkan bahwa anak petani miskin juga bisa bermimpi besar untuk menjadi Sarjana Hukum. Saya kelak ingin menjadi pengacara yang bisa membantu orang," kata Paul kepada Alldo saat ditemui pada 30 Agustus 2017.
Pihak kampus menyatakan bahwa Paul baru diperbolehkan untuk kembali berkuliah setelah melunasi tagihan kuliahnya sebesar Rp 9.435.000.
Orang tua Paul bekerja sebagai petani sayur di Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara. Penghasilan dari bertani hanya cukup untuk menutup kebutuhan hidup keluarga mereka sehari-hari. Karena keterbatasan keluarganya tersebut, ia akhirnya memutuskan untuk merantau ke Jakarta untuk membantu orang tuanya mencari rezeki.
Perjuangan orang tua Paul di kampung halaman dan usaha kerasnya bekerja sambilan di Jakarta berhasil mengantarkan Paul hingga lulus dari SMK Budi Murni 1, Jakarta Timur. Mimpi Paul tidak berhenti sampai di situ. Ia "nekat" untuk tetap berganti-ganti pekerjaan, sampai akhirnya bekerja menjadi sopir ojek online untuk mengejar mimpinya mendaftar kuliah di jurusan hukum.
Pada tahun 2016, Paul mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di program Perkuliahan Karyawan (P2K) Fakultas Hukum Universitas Krisnadwipayana yang menyediakan kelas malam hari, agar Paul dapat mencari nafkah di siang hari.
Meski kuliah sambil bekerja, Paul tetap bisa menjaga prestasinya. Saat ini ia memiliki IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 3,6 dari skala 4,0.
Perjuangan Paulus terpaksa berhenti di tengah jalan karena orang tuanya mengalami gagal panen, sehingga seluruh penghasilannya terpaksa diberikan untuk membantu kehidupan mereka.
Ketika Paul diberhentikan akibat biaya, saya telah mencoba berkomunikasi dengan pihak kampus untuk memberikan beasiswa bagi Paul, tetapi pihak kampus beralasan bahwa mereka adalah kampus swasta yang memiliki keterbatasan dana dan Paul adalah peserta dari kelas karyawan sehingga tidak berhak atas beasiswa.
Malang jika perjalanan Paul mengejar mimpinya menjadi pengacara hebat harus terhenti hanya karena masalah biaya. Di pundak Paul ada harapan kedua orang tuanya dan juga harapan masyarakat banyak yang kelak dapat ia berikan bantuan hukum bila Paul berhasil mencapai mimpinya tersebut.
Ayo kita bantu Paulus, sopir ojek online, anak petani sayur, menjadi sarjana hukum. Kamu bisa donasi di sini.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: