Liputan6.com, Jakarta - Harga emas kembali naik pada perdagangan Selasa setelah sebelumnya sempat tertekan karena dampak dari Badai Irma tidak seberat yang diperkirakan. Perseteruan antara Presiden AS Donald Trump dengan Korea Utara (Korut) menjadi pendorong kenaikkan harga emas.
Mengutip Reuters, Rabu (13/9/2017), harga emas di pasar spot mencapai titik terendah sejak 1 September di US$ 1.322,15 per ounce di awal perdagangan, tetapi kemudian naik 0,3 persen ke US$ 1,330,68 per ounce pada perdagangan siang.
Sedangkan harga emas berjangka AS menetap turun 0,2 persen ke level US$ 1.332,70 per ounce.
Baca Juga
Advertisement
Harga emas berbalik positif setelah Presiden Trump mengatakan bahwa sanksi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) terhadap Korea Utara hanya merupakan langkah kecil dan tidak akan berdampak apa-apa dibadning dengan apak yang telah dilakukan negara tersebut dengan mengembangkan nuklir.
DK PBB telah megeluarkan sanksi baru terhadap Korea Utara. Sanksi itu dikeluarkan satu minggu setelah Korut melakukan uji coba nuklir keenam.
Enam enam sasaran utama sanksi DK PBB adalah menutup akses Korut untuk mengimpor minyak, melarang ekspor tekstil, mengakhiri kontrak kerja tenaga kerja Korut di luar negeri, menekan upaya penyelundupan, menghentikan bisnis Korut dengan negara lain, dan memberi sanksi kepada beberapa pejabat Korut.
"Itu retorika yang cukup agresif dari Trump dan mampu membawa harga emas kembali naik," jelas analis senior RJO Futures, Chicago, AS, Bob Haberkorn.
Harga emas naik ke level tertinggi dalam perdagangan pekan lalu. Namun kemudian pada Senin kemarin turun tinggi karena kekhawatiran pelaku pasar mereda. Sebelumnya pelaku pasar khawatir adanya gangguan geopolitik dengan ketegangan AS dan Korut. Selian itu, dampak dari Badai Irma juga meningkatkan kekhawatiran dari pelaku pasar.
"Pelemahan dolar AS akibat Korut dan Badai Irma menjadi penggerak harga emas," jelas analis Natixis, Bernard Dahdah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: