Liputan6.com, The Hague - Kecelakaan Malaysian Airlines MH17 pada 17 Juli 2014 mengejutkan dunia. Penerbangan yang disebut tidak mengalami masalah apa pun, mendadak hilang dari radar. Belakangan, puing-puing pesawat ditemukan berakhir di kawasan Ukraina Timur.
Pesawat nahas yang meledak di udara tersebut melintasi wilayah udara di atas zona konflik, sejumlah spekulasi pun beredar tentang penyebab jatuhnya MH17.
Akhirnya, sebuah video yang dirilis Badan Keselamatan Belanda (Dutch Safety Board) mengungkapkan dugaan penyebab kecelakaan.
Dikutip dari laman resmi onderzoeksraad.nl pada Rabu (13/9/2017), pihak penyidik menyimpulkan bahwa penerbangan MH17 jatuh karena ditembak rudal jenis 9N314M yang diluncurkan dari kawasan Ukraina timur.
Baca Juga
Advertisement
Rudal yang dimaksud menjadi bagian dari suatu sistem peluncuran rudal yang dikenal oleh NATO dengan nama Buk.
Kesimpulan itu didasarkan pada investigasi panjang oleh badan tersebut. Laporan pertama hasil investigasi berisi penyebab kecelakaan dan isu terkait penerbangan sipil di atas wilayah konflik.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sistem Rudal Buk
Investigasi menunjukkan bahwa penerbangan MH17 berlangsung normal hingga akhirnya ia berada di atas wilayah udara bagian timur Ukraina. Penerbangan itu menggunakan rute L980 yang lazim.
Pada pukul 13.20 UTC (Coordinated Universal Time), sebuah hulu ledak 9N314M yang diluncurkan oleh sistem rudal Buk dari suatu kawasan seluas 320 kilometer persegi di timur Ukraina. Ledakan terjadi di kiri atas kokpit, di luar badan pesawat.
Bagian depan pesawat tersembur oleh ratusan benda berenergi tinggi yang berasal dari rudal. Akibat hantaman dan ledakan, tiga awak dalam kokpit meninggal seketika dan pesawat itu pecah di udara.
Rudal jenis itu memang dirancang menggunakan serpihan-serpihan logam berbentuk kupu-kupu dan persegi untuk menghancurkan badan pesawat.
Serpihan-serpihan pesawat tersebar di beberapa titik di dalam kawasan seluas 50 kilometer persegi. Sebanyak 298 orang yang ada dalam pesawat meninggal dunia.
Badan Keselamatan Belanda menentukan sebab ledakan berdasarkan beberapa sumber. Misalnya, sistem senjata yang dipakai dicirikan berdasarkan pola kerusakan pada badan pesawat, fragmen yang ditemukan di pecahan badan pesawat dan jasad para awak, serta cara burung besi itu pecah.
Temuan-temuan itu juga diperkuat oleh data dalam rekaman penerbangan. Cockpit Voice Recorder (CVR) merekam adanya suara keras dalam beberapa milidetik terakhir. Sebagai catatan, milidetik setara dengan 1/1000 detik.
Selain itu, ada bekas cat pada beberapa serpihan rudal ternyata cocok dengan cat pada serpihan lain yang ditemukan tersebar di darat.
Ada beberapa dugaan lain yang dijajaki tapi tidak masuk akal, misalnya adanya ledakan di dalam pesawat dan peran rudal udara-ke-udara. Namun, tidak ada skenario lain yang dapat dijelaskan berdasarkan kombinasi fakta-fakta yang ada.
Kawasan seluas 320 kilometer persegi yang diduga menjadi tempat peluncuran rudal ditentukan berdasarkan beberapa simulasi walaupun lokasi tepat peluncuran rudal masih harus ditentukan berdasarkan investigasi forensik.
Namun, investigasi forensik yang dimaksud berada di luar mandat Badan Keselamatan Belanda.
Advertisement
Terbang di Atas Wilayah Konflik
Ruang udara di atas bagian timur Ukraina merupakan jalur lintas yang ramai. Antara 14 dan 17 Juli 2014, ada 61 maskapai dari 32 negara yang melintasi ruang udara yang dimaksud.
Pada hari kecelakaan, hingga ruang udara itu ditutup, sudah ada 160 penerbangan komersial melintas di atas wilayah tersebut.
Penerbangan Malaysia Airlines dipersiapkan dan dioperasikan sesuai dengan regulasi yang ada. Namun demikian, pada saat keberangkatan, pihak Belanda tidak bertanggung jawab untuk menganjurkan pilihan rute penerbangan yang dipilih oleh Malaysia Airlines ataupun KLM yang menjadi rekanannya.
Pada 17 Juli 2014, konflik bersenjata berlangsung di bagian timur Ukraina. Selama beberapa bulan sebelumnya, konflik telah menyebar ke ruang udara dan lebih banyak pesawat militer yang ditembak jatuh sejak April pada tahun yang sama.
Menurut pihak berwenang Ukraina, ada dua jenis senjata jarak jauh yang dipakai dalam konflik. Menurut pendapat Badan Keselamatan Belanda, pihak Ukraina memiliki alasan kuat unutk menutup seluruh ruang udara di atas bagian timur sebagai upaya pencegahan. Pembatasan hanya tentang larangan terbang rendah.