Anggota Parlemen Selandia Baru Diduga Mata-Mata China

Jian Yang meninggalkan China pada usia 32 tahun untuk sekolah di Australia dan tinggal di Selandia Baru. Ia diduga mata-mata China.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 14 Sep 2017, 14:02 WIB
Jian Yang bersama PM Bill English saat kampanye (Financial Times)

Liputan6.com, Auckland - Seorang anggota parlemen Selandia Baru dituduh adalah mata-mata China yang menyamar di negara itu. Dia pun menolak tudingan itu, mengatakan tuduhan itu adalah bagian dari kampanye rasisme terhadap dirinya.

Politisi kelahiran China, Jian Yang, diduga telah diinvestigasi oleh intelijen Selandia Baru. Penyelidikan ingin menelisik lebih jauh hubungannya dengan akademi militer China.

Namun, Perdana Menteri Selandia Baru bungkam terhadap apakah benar pihak intelijen menginvestigasi koleganya tersebut. Demikian seperti dikutip dari BBC, pada Kamis (14/9/2017).

Jian Yang adalah anggota parlemen partai berkuasa di Selandia Baru, Partai Nasional. Ia mengutuk isu tuduhan bahwa ia mata-mata China. Politisi 55 tahun itu mengatakan tuduhannya sebagai 'kebencian semata'.

"Ini adalah kampanye kotor oleh orang-orang tanpa nama yang berada di luar sana untuk menghancurkan saya dan Partai Nasional 10 hari sebelum pemilihan umum, hanya karena saya orang China," kata Jian. 

Tuduhan tersebut berasal dari penyelidikan bersama oleh Financial Times dan New Zealand's Newsroom.

Kedua media itu mengatakan Jian, yang terpilih pada tahun 2011, diselidiki oleh intelijen Selandia Baru atas apa yang ia lakukan selama satu dekade di China. Selama di Tiongkok, dia menerima pelatihan militer dan intelijen di "sekolah mata-mata".

Organisasi media itu mengatakan bahwa Jian tidak membeberkan pekerjaannya sebagai guru di akademi linguistik terkemuka China kepada petugas intelijen militer Selandia Baru.

Akan tetapi, Perdana Menteri Bill English membela anggota partainya, dan mengatakan kepada wartawan bahwa dia mengetahui latar belakang Jian Yang.

"Dia berfungsi dengan tepat sebagai anggota parlemen dan tidak ada pertanyaan tentang kesetiaannya kepada Selandia Baru," katanya.

Semenjak terpilih pada 2011, Jian adalah pendonor terbesar bagi Partai Nasional. Ia secara konsisten mendukung kedekatan dengan China.

Fakta bahwa dia baru sebagai anggota partai selama enam tahun di negara yang berkoalisi dengan AS menimbulkan kecurigaan. Demikian, seperti dikutip dari Financial Times.

Apalagi, di tengah upaya China yang semakin agresif memengaruhi pemerintah asing dengan memata-matai mereka.

"China telah sangat aktif dalam beberapa tahun terakhir dan menempatkan orang-orang di tingkat akar rumput di negara-negara demokrasi Barat dan membantu mereka mencapai posisi yang berpengaruh," kata Christopher Johnson, mantan analis senior China di CIA yang sekarang bekerja di Center for Strategic and International Studies di Washington.

Johnson memperingatkan bahwa Beijing tampaknya melihat Selandia Baru sebagai target yang lebih lembut daripada negara-negara seperti AS dan Inggris, "mungkin juga menggunakannya sebagai tempat uji coba untuk operasi masa depan di negara lain".

Selandia Baru akan menggelar pemilihan umum pada 23 September mendatang.

 


Latar Belakang Jian Yang yang Kabur...

Jian Yang bersama atase militer China Colonel Wang Liwei di kedutaan besar China di Wellington, merayakan 88 tahun pendirian PLA tahun 2015 (Financial Times)

Jian tinggal di China sampai ia berusia 32 tahun sebelum ke Selandia Baru. Tak ada informasi mengenai pendidikan China atau latar belakang lainnya dalam biografi resmi di Selandia Baru atau di Universitas Auckland, tempat ia mengajar.

Pria itu bertugas di komite pemilihan parlemen Selandia Baru untuk urusan luar negeri, pertahanan dan perdagangan mulai bulan Oktober 2014 sampai dia diganti pada Maret 2016.

Sebagai anggota nomor 33 dalam daftar partai Nasional untuk pemilihan umum 23 September, dia kemungkinan besar dia akan kembali ke parlemen untuk ketiga kalinya di bawah sistem pemilihan proporsional negara tersebut.

Dalam sebuah konferensi pers di Auckland setelah FT menerbitkan penyelidikannya, Jian mengatakan bahwa dia tidak pernah menjadi mata-mata. Namun, ia mengakui sebagai "perwira sipil" yang dibayar oleh militer China dan melatih orang-orang yang kemudian menjadi petugas intelijen.

"Jika Anda mendefinisikan taruna atau murid mereka sebagai mata-mata, ya, maka saya sedang mengajar mata-mata," katanya kepada wartawan.

"Saya rasa tidak. Saya hanya berpikir mereka mengumpulkan informasi melalui komunikasi di China. "

Jian bergabung dengan People’s Liberation Army Air Force Engineering Academy sebagai siswa bahasa Inggris pada 1978. Kemudian dia mengajar di akademi itu setelah lulus.

"Saya berasumsi bahwa seseorang yang mengajar di institut tersebut harus menjadi perwira di PLA dan juga anggota partai Komunis, "kata Peter Mattis, seorang pakar militer dan intelijen China di Jamestown Foundation di Washington.

Setelah mengajar di akademi angkatan udara, Jian bergabung ke Luoyang Foreign Languages ​​Institute, sebuah fasilitas elite untuk petugas intelijen militer China. Lembaga ini masih jadi bagian departemen ketiga markas staf umum PLA atau setara dengan Badan Keamanan Nasional AS atau Markas Besar Komunikasi Pemerintah Inggris.

Di lembaga itu, Jian mengkhususkan diri untuk melatih petugas intelijen rahasia.

"Semua orang yang saya kenal yang bergabung dengan Luoyang Foreign Language Institute adalah intelijen militer China atau setidaknya terkait dengan sistem tersebut," kata Mattis.

Setelah lulus dari Luoyang, Jian sekolah di Hopkins-Nanjing Center for Chinese and American Studies dalam rentang waktu 1988-1989.

Salah satu teman sekelas Jian adalah Xu Meihong, seorang perwira intelijen militer China yang terkenal yang ditugaskan pada tahun 1988 untuk memata-matai seorang profesor sejarah AS. Namun, Xu malah jatuh cinta dan menikahi profesor tersebut, Larry Engelmann.

Karier mata-mata Xu berakhir. Beijing menuduhnya sebagai pengkhianat. Belakangan, ia menjadi pemodal ventura di Silicon Valley dan menulis sebuah buku tentang pengalamannya yang berjudul "Daughter of China: A True Story of Love and Betrayal".

Tidak jelas apa yang dilakukan Jian antara tahun 1989 dan 1994, tahun di mana dia mendapatkan beasiswa "AusAID" untuk belajar di Australian National University di Canberra.

Dengan latar belakangnya, Jian akan membutuhkan izin dari pemerintah China dan militer untuk meninggalkan China.

Orang-orang yang mengenalnya di Canberra mengatakan bahwa adalah rahasia umum dia dilatih di fasilitas intelijen militer elite di China.

Di ANU, dia menyelesaikan gelar magister dan PhD yang berfokus pada kebijakan Kongres AS terhadap China. Dan pada tahun 1999, dia pindah ke Selandia Baru untuk mengajar hubungan internasional di Universitas Auckland.

Jian telah menjadi penggalang dana bagi Partai Nasional di antara komunitas besar China di Selandia Baru, termasuk dari donor anonim dengan angka yang fantastis, menurut laporan media setempat.

Masih belum jelas sejauh mana hubungan Jian dengan akademisi militer dan intelijen China yang diketahui pejabat tinggi pemerintah Selandia Baru. Dan belum jelas tindakan apa yang mereka ambil untuk melindungi rahasia keamanan nasional yang sensitif jika hubungan sebenarnya antara Jian dan intelijen China terungkap.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya