Liputan6.com, Melbourne - Adalah Alexander Andrew Mhawira, warga negara Indonesia (WNI) yang baru pindah ke Australia kurang dari dua tahun dan mendapat penghargaan dari kompetisi SAY Project yang digagas Kepolisian Australia Barat untuk lomba film berdurasi sekitar 100 detik.
Seperti dikutip dari ABC Australia Plus, Jumat (15/9/2017), remaja itu mengikutsertakan karyanya yang berjudulnya 'Alcohol Wrecks Life'. Menceritakan bagaimana konsumsi alkohol berdampak pada kekerasan dalam rumah tangga.
Advertisement
Tahun 2017 ini, ia kembali memenangkan lomba serupa yakni Your Call film competition. Kompetisi itu digelar oleh Kepolisian Australia Barat dan yayasan Constable Care Child Safety Foundation.
Kompetisi tersebut mengajak siswa sekolah untuk membuat sebuah film pendek, yang menceritakan dampak buruk dari penyalahgunaan narkoba dan alkohol di kalangan anak muda.
Sebagai siswa kelas 12, Andrew memiliki pengalaman jika beban sekolah di tingkat terakhir sekolah lanjutan ini bisa membuat para siswa tertekan.
"Pesan dari film ini adalah benar jika kelas 12 itu cukup menekan pelajar, kita harus belajar dengan keras," ujar siswa Cyril Jackson Senior Campus tersebut.
Andrew merasa pelajar bisa mengatasi beban ini dengan berbicara kepada orang lain untuk mengeluarkan keluh kesahnya, daripada memendamnya yang bisa membuat tertekan.
"Saya rasa ada banyak orang di luar sana yang peduli dan siap membantu dan keberadaan mereka mungkin akan menolong kita dari tekanan, daripada menggunakan narkoba dan alkohol".
"Narkoba tidak dapat menyelesaikan masalah kita, bahkan kondisi mental, atau rasa kelelahan kita."
Dalam film berjudul Dead Line tersebut, Andrew berperan sebagai sutradara utama, sekaligus juga editor, dengan bekerja sama dengan rekan-rekan lainnya, Ben Randall, Mingho Tong, Jordan Hunt, dan Kelliane Jewel.
Ia mengaku pengambilan gambar untuk kompetisi di Australia ini kebanyakan menggunakan kamera ponselnya dengan dibantu smartphone stabilizer.
"Pengambilan gambar dilakukan selama seharian dan butuh tiga hari untuk mengeditnya, sampai saya kurang tidur... kami memasukkan film 6 jam sebelum kompetisi ditutup."
Kemenangan Andrew dan rekan-rekannya bukan saja membuat kerja kerasnya membuahkan hasil, tetapi ia mengaku sebagai sesuatu yang spesial.
"Ceremony kemenangan pas tanggal 17 Agustus, pas sekali, jadi seperti kado kecil buat negara Indonesia. Setidaknya, ini menunjukkan kalau orang Indonesia bisa membuat film di negara orang," ujarnya bangga.
Prestasi Lain
Prestasi lain Andrew baru-baru ini adalah terpilih sebagai finalis sebuah kompetisi film pendek berskala nasional Australia.
Ia memproduksi film bertemakan traveling berjudul Freemantle, untuk kompetisi #MyTownSpirit yang dibuat oleh Qantas. Pemenangnya akan ditentukan lewat voting.
Dengan prestasinya yang sudah ia buat dalam waktu singkat, Andrew bisa dikatakan menjadi sineas berbakat asal Indonesia di Australia.
Tapi ia mengaku masih belum memutuskan apakah ke depannya ia akan memutuskan untuk masuk ke industri film profesional.
"Saya masih dilema, apakah akan masuk ke industri perdagangan, keuangan, atau ke industri film," kata Andrew.
Tetapi ada harapan ia masih bisa berkiprah dengan membuat video sebagai kegemarannya selepas sekolah nanti.
"Di masa depan saya ingin memiliki usaha sendiri, mungkin perusahaan video untuk keperluan pemasaran."
Advertisement