Liputan6.com, Jakarta - Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) bersama Palang Merah Indonesia (PMI) dan didukung Pemerintah RI, mempercepat pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Myaung Bway, Mrauk U, Rakhine State, Myanmar.
Pembangunan fasilitas kesehatan tersebut dinilai sebagai simbol perdamaian, untuk wilayah yang tengah mengalami krisis kemanusiaan, di antaranya etnis Rohinya.
Advertisement
Pelaksana Harian Ketua Umum PMI Ginandjar Kartasasmita mengatakan, sebenarnya pembangunan rumah sakit dilakukan sebelum isu Rohingya mencuat. Sudah ada perencanaan sejak 2012 dengan melihat kondisi sosial di Myanmar.
"Rumah sakit itu di sana dipisah. Pasien umat Buddha dan Islam dipisah. Kalau di kita kan hanya dewasa dan anak-anak, tapi di sana karena agamanya jadi dipisah malah," tutur Ginandjar di Kantor Pusat PMI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis 14 September 2017.
Ginandjar menjelaskan, melalui pembangunan rumah sakit tersebut, Pemerintah RI ingin menunjukkan kehidupan penduduk Indonesia yang harmonis. Terlebih, dunia sudah mengenal kehidupan pluralisme di Indonesia.
"Pemerintah nanti juga akan melakukan banyak kegiatan, dan kita harapkan dengan kegiatan itu kita bisa saling mendukung," kata dia.
Senada dengan Ginandjar, Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad menekankan upaya memberikan contoh perdamaian, melalui para dokter Indonesia yang menangani pasien tanpa diskriminasi atau memandang etnis dan agama.
"Kita mesti melakukan sesuatu di Myanmar. Karena itu, kita sudah beli tanah di Rakhine sejak 2012. Memberi bantuan hanya medicine dan makanan, itu hanya jangka pendek. Rumah sakit menjadi tempat yang tepat untuk menunjukkan simbol keberagaman dan harmonisnya beragama seperti di Indonesia," kata dia.
Sarbini merinci, pembangunan RS Indonesia di Rakhine, sudah masuk 10 persen. Dimulai sejak Mei 2017, pembuatan pagar dan pengurukan tanah sudah selesai, termasuk penandatanganan MoU (nota kesepahaman) bersama pihak terkait.
"Kini sedang pembangunan rumah tinggal perawat dan dokter. Pada bulan ke-10 kita akan membangun rumah sakit. Ini sepenuhnya didukung pemerintah dan masyarakat Indonesia," ungkap dia.
Sarbini menjelaskan anggaran pembangunan Rumah Sakit Indonesia mencapai USD 1,9 juta. Adapun sebagian besar dana atau USD 1 juta berasal dari Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi).
Pembangunan RS Indonesia, menurut Sarbini, tidak akan terganggu isu kemanusiaan Rohingya, karena berada di wilayah sangat barat dari lokasi konflik.
"Rumah sakit ini kira-kira tipe D, sebesar Puskesmas dengan 20 bed. Kita berikan perlengkapan laboratorium," ujar dia.
Menurut Sarbini, di Rakhine sendiri memang kesulitan air, sehingga Pemerintah RI akan membuat water treatment. Semua fasilitas ini tidak hanya digunakan untuk lingkungan rumah sakit, tapi seluruh masyarakat sekitar.
Saksikan video menarik berikut ini:
Tanpa Membedakan Golongan
Staf Ahli Bidang Kelembagaan Kementerian Luar Negeri RI Salman Al Farisi menambahkan, pembangunan RS Indonesia sudah sesuai komite atas persetujuan Pemerintah Myanmar. Termasuk, upaya perluasan kesehatan bagi masyarakat dan penyebaran tenaga medis yang ada.
"Pemerintah (RI) juga melalui Kerjasama Selatan-Selatan, siap memfasilitasi dan mensponsori kerja sama untuk peningkatan kapasitas tenaga kerja yang ada di Myanmar," kata Salman.
Salman menyebutkan, RS Indonesia akan menjadi bagian penting untuk membangun kepercayaan antara Pemerintah Myanmar-RI, bahwa apa yang dilakukan itu sepenuhnya inklusif. Tidak hanya membantu kelompok atau golongan tertentu.
"Ini sarana efektif membangun rekonsiliasi konflik di Myanmar. Karena rumah sakit punya satu tujuan, yakni tercapainya kesehatan bagi semua," Salman menandaskan.
Advertisement