15.521 Pelajar Yogyakarta Belum Divaksin MR, Apa Alasannya?

Vaksin MR bertujuan untuk memutus mata rantai penularan penyakit Measles dan Rubella. Untuk itu, minimal 90 persen anak wajib divaksin.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 15 Sep 2017, 15:49 WIB
Meski tak menargetkan Surabaya bebas campak dan Rubella 100 persen, semua anak-anak wajib divaksin MR. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Yogyakarta - Dinas Kesehatan (Dinkes) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat, 15.521 siswa belum mendapatkan imunisasi Measles Rubella (MR) hingga akhir Agustus. Padahal, target siswa yang mendapatkan imunisasi sampai dengan akhir Agustus adalah sebanyak 584.740 orang yang tersebar di 4.812 sekolah, dari TK sampai SMP.

"Saat ini baru 569.219 orang atau 97 persen dari total sasaran hingga Agustus akhir," ujar Pembajun Setyaningastuti, Kepala Dinkes DIY, dalam jumpa pers evaluasi pelaksanaan Imunisasasi MR di Fakultas Kedokteran UGM, Kamis, 14 September 2017.

Ia mengungkapkan, penyebab belum semua siswa di DIY karena mereka tidak hadir saat imunisasi dilaksanakan. Meskipun demikian, Dinkes DIY sudah memiliki solusi mengatasi persoalan itu.

"Kami sudah menyusun jadwal akan melakukan pemanggilan secara berkelompok kepada siswa-siswa yang belum mendapatkan imunisasi untuk datang ke puskesmas didampingi pihak sekolah," ucap Pembajun.

Ia menambahkan, semua petugas saat ini fokus pada pemberian vaksin MR untuk balita di 5.572 Posyandu. Sebanyak 60.871 dari 199.201 balita yang ada di DIY sudah diimunisasi MR.

Pembajun juga memastikan vaksin aman dan mencukupi untuk program nasional. Selain itu, pelaksanaan pemberian imunisasi MR sesuai prosedur operasional standar (SOP) dan diawasi oleh Komite Daerah Pengkajian Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (Komda KIPI) DIY.

Di tempat berbeda, sebanyak 123 anak di Kabupaten Kulon Progo, DIY, hingga Kamis, 14 September 2017, menolak diimunisasi MR karena terkait dengan keyakinan agama.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Bambang Haryatno mengakui, petugas kesulitan menjelaskan pentingnya imunisasi MR itu.

"Kami sudah melakukan pendekatan melalui perintah kecamatan dan desa. Namun mereka tetap bersikukuh pada keyakinan mereka, dan menolak untuk diimunisasi MR," kata Bambang di Kulon Progo, Jumat (15/9/2017), dilansir Antara.

Ia mengatakan, petugas kesehatan telah memberikan imunisasi MR di sekolah-sekolah. Hingga kini, dari total 65.250 pelajar, sebanyak 63.415 anak atau sekitar 97,3 persen telah diimunisasi.

Selanjutnya, jumlah balita ada 22.000, baru 3.900 orang yang sudah mendapat imunisasi. Saat ini, petugas kesehatan masih menyasar posyandu-posyandu yang ada di setiap dusun. Petugas juga masih menyisir anak sekolah yang belum mendapat imunisasi, supaya di bawa ke posyandu atau puskesmas terdekat.

"Data ini sifatnya data berjalan. Setiap harinya bisa berubah, sehingga tidak bisa menjadi patokan. Kami optimistis, semua anak di Kulon Progo akan mendapat imunisasi MR," katanya.

Bambang mengimbau kepada masyarakat yang memiliki anak usia 9 bulan sampai 15 tahun untuk memberikan imunisasi MR. Imunisasi ini untuk memutus mata rantai penularan measles dan rubella. Dengan demikian, Dinkes menargetkan 90 persen anak divaksin MR.

"Kalau tidak mencapai 90 persen, tidak bisa memutus mata rantai itu. Maka, kami mengimbau masyarakat untuk memberikan anak imunisasi MR," kata Bambang.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Siswa Meninggal

Vaksin MR bertujuan untuk memutus mata rantai penularan penyakit measles dan Rubella. Untuk itu, minimal 90 persen anak wajib divaksin. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Sementara itu, Ketua Komda KIPI Mei Neni Sitaresmi menyatakan, kematian siswi SMP di Bantul seminggu setelah menerima vaksin MR, bukan disebabkan imunisasi MR.

Sebelumnya, beredar kabar Nana Puspita (14), siswi SMPN 3 Kasihan, Bantul, meninggal dunia pada Jumat, 8 September 2017, setelah sakit sejak menerima vaksin MR yang diberikan pada Selasa, 29 Agustus 2017, di sekolahnya.

Mei Neni menjelaskan, berdasarkan pemeriksaan dokter penyakit darah dan kanker anak di RS Bethesda, siswi tersebut didiagnosis penyakit yang mengarah ke leukimia akut atau timbul mendadak.

"Jadi, bukan karena vaksin campak dan rubela yang diberikan,” ia menegaskan.

Mei Neni memaparkan, saat memberikan vaksin, tim dari puskesmas menerapkan SOP. Salah satunya pemeriksaan secara acak terhadap siswa yang sakit dan imunisasi diberikan kepada siswa dalam kondisi sehat.

Tim puskesmas menerjunkan delapan petugas dan satu dokter untuk memvaksin MR kepada 390 siswa. Ketika itu, tiga siswa mengaku sakit.

"Sampai sekarang kami belum menerima laporan adanya kasus lanjutan setelah imunisasi dari siswa lainnya," ucap Mei Neni. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya