Liputan6.com, Samburu - Para ilmuwan terheran-heran melihat perilaku aneh gajah-gajah di timur benua Afrika. Seperti narapidana yang sedang kabur, gajah-gajah di kawasan itu belajar untuk bepergian di malam hari dan bersembunyi di siang hari.
Biasanya, gajah berkeliaran mencari makan di siang hari dan beristirahat di kegelapan malam.
Sekarang, gajah-gajah itu diduga menghindari para pemburu yang merampas gading mereka untuk perdagangan global.
Mencuatnya angka perburuan liar telah memaksa gajah mengingkari perilaku alamiah mereka.
Festus Ihwagi, seorang peneliti dari University of Twente di Belanda mengatakan, "Karena kebanyakan perampasan (poaching) berlangsung pada siang hari, transisi perilaku malam mereka sepertinya menjadi akibat langsung dari tingkat perampasan tersebut."
Baca Juga
Advertisement
Ihwagi akan membeberkan secara rinci temuan-temuan yang didasarkan pada data 60 gajah di utara Kenya. Hewan-hewan itu dilacak menggunakan GPS hingga 3 tahun, dalam rentang waktu 2002 hingga 2012.
Ilmuwan tersebut bekerja sama dengan badan nirlaba Save the Elephants untuk memasang kerah GPS pada lebih dari 100 gajah, demikian dikutip dari news.com.au pada Jumat (15/9/2017).
Kemudian Ihwagi memantau pergerakan 28 gajah betina dan 23 pejantan dalam dan sekitar ekosistem Laikipa-Samburu.
Gajah-gajah betina tinggal dalam keluarga dekat dan kadang-kadang dikerumuni oleh anak-anak gajah di sekitar mereka. Sementara itu, gajah-gajah jantan cenderung bergerak sendirian.
Untuk menentukan cara dan seberapa jauh perampasan telah mengubah perilaku gajah, sang ilmuwan membandingkan dua kelompok data.
Kelompok pertama mengukur jarak yang ditempuh pada siang dan malam hari. Lalu, ditetapkanlah rasio dua angka tersebut.
Kelompok kedua mengacu kepada basis data untuk program Illegal Killing of Elephant. Basis data yang dimaksud mencatat kawasan dan jangka waktu ketika perampasan lebih parah atau kurang parah.
Nantinya, temuan-temuan ini akan dilaporkan dalam Journal of Ecological Indicators edisi Januari 2018.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dibantai Demi Mencuri Gading
Ihwagi mengatakan, "Pelacakan dan pemantauan secara simultan terhadap gajah terkait penyebab kematian mereka memberikan 'laboratorium alamiah' yang sempurna."
Pergerakan-pergerakan gajah di malam hari meningkat pesat bersamaan dengan peningkatan pencurian, terutama di kalangan gajah betina.
Di kawasan-kawasan yang lebih berbahaya, gajah-gajah betina secara rata-rata mengurangi kegiatan siang hari hingga 50 persen dibandingkan dengan kawasan-kawasan yang lebih aman.
Ihwagi menambahkan bahwa pergantian perilaku seperti itu mungkin bisa membantu gajah menyintas dalam jangka pendek, tapi memiliki akibat jangka panjang pada penyintasan.
Gajah memang cerdas, tapi strategi lama dan pola pembiakan yang dikembangkan selama evolusi mungkin dapat membatasi kemampuan gajah untuk melakukan adaptasi.
"Bagi induk-induk gajah yang memiliki anak-anak, risiko pemangsaan anaknya oleh singa atau hyena lebih tinggi di malam hari."
"Untuk gajah-gajah yang lebih tua, pergantian pola itu menjadi pergantian kehidupan sosial yang normal."
Ia menegaskan bahwa data langsung dari perangkat GPS dapat dipakai sebagai sistem peringatan dini bagi para pelestari lingkungan dan petugas.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), selama dekade terkhir, jumlah gajah Afrika telah menurun 111 ribu ekor ke angka 415 ribu.
Pembantaian tidak menunjukkan penurunan, masih sekitar 30 ribu gajah dibunuh setiap tahunnya demi mendapatkan gading mereka untuk pasar obat tradisional ataupun sebagai simbol status di Asia.
"Peningkatan perampasan menjadi ancaman langsung bagi gajah-gajah," ujar Ihwagi.
Advertisement