Liputan6.com, Jakarta - Indonesia, bahkan dunia sedang heboh dengan kehadiran iPhone X. Ya, perkenalan iPhone X tengah minggu ini sukses merebut perhatian banyak orang.
Dengan layarnya yang edge to edge, tanpa Home Button dan bisa membuka kunci hanya dengan membaca wajah, membuat banyak orang terkagum-kagum dan ingin punya. Entah karena benar butuh, atau dibutuh-butuhkan.
Ya, handphone-nya sendiri belum tahu kapan akan masuk ke Indonesia. Cuma dengan adanya Apple Store terdekat yang jaraknya cuma butuh 1,5 jam terbang dari Jakarta, sepertinya tidak susah untuk bisa mendapatkan barang itu dalam beberapa minggu mendatang.
Problemnya satu: harganya pasti lumayan tinggi.
Baca Juga
Advertisement
Beberapa orang di twitter bilang: tenang, kan bisa utang. Selama ada fasilitas utang seperti kartu kredit dan cicilan tetap kartu kredit, maka tak ada yang tak mungkin. Saya cuma senyum-senyum kecut saja membacanya.
Terlepas dari pembahasan soal iPhone atau gadget, sebenarnya sejak dulu saya sering melihat tentang banyaknya orang yang punya mental: "yang penting harus punya". Dari sinilah biasanya muncul kata-kata: “Kalau tidak ngutang, ya tidak akan kebeli.”
Kalau dengar orang-orang ngomong begitu, saya biasanya langsung menimpali: “Lha yang suruh Anda beli, siapa?”
Bicara barang, sebetulnya secara fungsi, saya membagi barang itu menjadi dua: produktif dan konsumtif. Kalau barang itu diibaratkan dengan aset, maka ada yang namanya aset yang produktif, dan aset yang konsumtif.
Aset konsumtif adalah aset yang Anda beli dengan tujuan untuk dipakai, seperti baju, elektronik, dan lain sebagainya.
Sementara aset produktif adalah aset yang Anda beli untuk tujuan produksi alias menghasilkan sesuatu untuk Anda, seperti menghasilkan kenaikan harga atau bisa memberikan pendapatan tetap.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aset konsumtif
Nah, salah satu cara meningkatkan kualitas hidup seseorang adalah dengan memiliki aset konsumtif. Awalnya sih yang dilakukan orang adalah memenuhi aset konsumtif yang memang menjadi kebutuhan sehari-hari, seperti baju, sepatu, HP, rumah dan lain sebagainya.
Lama-lama, aset konsumtif yang dibeli meningkat, bukan lagi yang sifatnya Kebutuhan tapi juga keinginan. Misalnya, mobil yang spesifikasinya tinggi dan sebetulnya gak perlu-perlu amat, tapi dibeli hanya karena ingin.
Nah, disinilah biasanya muncul ketidakmampuan untuk membeli secara cash, karena seringkali barang-barang yang speknya tinggi ini mahal harganya.
Apalagi kalau dibelinya pakai fasilitas kredit alias utang. Padahal yang sering tidak disadari, seringkali utang ini membuat harga yang kita bayar untuk barang tersebut jadi lebih banyak karena yang namanya kredit kan jatuhnya lebih mahal.
Jadi kalau barang itu adalah aset konsumtif yang hanya sekedar Keinginan, mending tidak usah beli, apalagi pake utang yang jatuhnya bakal jadi lebih mahal karena ada bunga yang harus dibayar.
Sebaliknya, kalau aset konsumtif tersebut sifatnya adalah kebutuhan, maka saran saya sih beli saja walaupun Anda belum punya uang cash-nya. Lha namanya juga kebutuhan, ya harus dibeli dong. Biarpun Anda gak punya cash-nya, silakan beli dengan cara kredit karena Anda memang butuh.
Jadi kesimpulannya, kata-kata “Kalau engga ngutang, ya engga kebeli…”, harus dikembalikan ke kebutuhan. Kalau Anda butuh barang itu dan gak punya cash-nya, silakan beli dengan cara kredit alias utang.
Sebaliknya, kalau Anda tidak butuh barang itu alias cuma sekedar keinginan, terus Anda tetap ngotot maksa beli walaupun gak punya cash-nya, maka saya punya satu kalimat yang pas untuk sikap seperti itu: “Anda miskin tapi sombong,"
Sekarang, kembali sesuai judul awalnya: “Perlu dibeli engga si iPhone X yang menggoda itu?” - Lha Anda butuh apa enggak? Kalau butuh, beneran butuh atau hanya dibutuh-butuhkan? Kalau beneran butuh, ya beli aja biarpun utang juga. Tapi kalau tidak butuh, apalagi beli hanya untuk dipakai foto-foto dan selfie sama update sosmed, ya engga usah.
Ingat, Biaya Hidup itu sebenarnya terjangkau. Gaya Hiduplah yang membuatnya jadi mahal dan kadang jadi tidak terjangkau. Bukan begitu?
Safir Senduk & Rekan
Telepon: (021) 2783-0610
HP: 0811-355-000 (Dala Rizfie-Manajer)
Twitter/Instagram: @SafirSenduk
Advertisement