Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar eceran rupiah pada minggu pertama 2017 menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan euro. Kurs rupiah saat ini yang berada di level Rp 13.313,97 per dolar AS masih aman untuk kinerja ekspor Indonesia.
Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk, mengungkapkan, nilai tukar eceran rupiah pada September minggu pertama ini, menguat 0,06 persen atau 8,57 poin ke level Rp 13.313,97 per dolar AS, dibanding realisasi Rp 13.322,54 per dolar AS di minggu kelima Agustus 2017.
Baca Juga
Advertisement
"Dengan euro pun, kurs rupiah terapresiasi 0,39 persen atau 62,27 poin ke level Rp 15.818,27 per Euro dibanding Rp 15.880,54 per euro pada Agustus minggu terakhir," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Jumat (15/9/2017).
Sementara terhadap dolar Australia dan yen Jepang, nilai tukar eceran mata uang Garuda justru melemah. Kurs rupiah di minggu pertama September berada di level Rp 10.599,59 per dolar Australia atau terdepresiasi 0,40 persen atau 41,84 poin dibanding posisi Rp 10.557,75 per dolar Australia di Agustus pekan kelima.
Begitu pula dengan rupiah terhadap yen Jepang, terseret ke bawah 0,42 persen atau 0,51 poin dari level Rp 121,02 per yen di Minggu kelima Agustus menjadi Rp 121,53 per Yen Jepang di minggu pertama September 2017.
Menurut Kecuk, penguatan rupiah di kisaran level Rp 13.300 per dolar AS masih aman untuk ekspor Indonesia. "Masih oke (buat ekspor) kalau menurut saya. Tapi BPS tidak melakukan penelitian penguatan rupiah kepada ekspor impor, mungkin minta ke Bank Indonesia," jelasnya.
Masih dalam Prediksi Bank Indonesia
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara berpendapat, nilai tukar rupiah sebesar Rp 13.400 per dolar AS pada 2018 masih dalam kisaran BI. Seperti diketahui, pemerintah dan Komisi XI DPR telah menyepakati nilai tukar rupiah sebesar Rp 13.400 di RAPBN 2018.
"Kurs Rp 13.400 per dolar AS masih masuk range kami. Tapi lebih dari itu (menguat lagi), tidak baik. Kita ingin ekspor kita kompetitif, dan berusaha menahan atau mencegah impor yang tidak produktif," jelas dia.
Data BPS menunjukkan, kinerja ekspor Indonesia pada Agustus ini naik 11,73 persen menjadi US$ 15,21 miliar dibanding Juli 2017 sebesar US$ 13,61 miliar. Adapun, dibanding Agustus 2016 yang sebesar US$ 12,75 miliar, kenaikan ekspor sebesar 19,24 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 108,8 miliar atau naik 17,58 persen di Januari-Agustus 2017 dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 92,5 miliar. Ekspor nonmigas mencapai US$ 98,8 miliar atau naik 17,3 persen di delapan bulan ini dibanding periode yang sama 2016 sebesar US$ 83,9 miliar.
Tonton video pilihan berikut ini:
Advertisement