Liputan6.com, Solo - Festival Payung Indonesia kembali digelar di Solo Jumat-Minggu, 15 sampai 17 September 2017. Acara yang digelar di Puro Mangkunegaran ini menjadi ikon baru wisata Solo. Para pelancong bisa memanfaatkan seni instalasi payung ini untuk dijadikan latar belakang foto di media sosial.
Ratusan payung sudah terpasang di pelataran gedung Artelerie Kavalerie Puro Mangkunegaran. Payung-payung itu ditata sedemikian rupa sehingga terlihat apik. Memanfaatkan bambu-bambu, seni instalasi payung itu pun menjadi daya tarik bagi anak muda.
Baca Juga
Advertisement
Pemandangan yang menarik tak hanya berhenti di situ. Masuk ke pendopo Puro Mangkunegaran, ratusan payung juga sudah tertata apik. Berbagai jenis payung dipamerkan di festival ini, mulai payung rajut, payung lukis, payung rotan, payung lurik, payung kain jumputan, hingga payung batik.
Mata pengunjung dimanjakan dengan warna warni payung. Tak ayal begitu sampai di lokasi Festival Payung, para pengunjung langsung mengeluarkan telepon pintarnya dan mencari spot foto. Mereka terlihat asik berswafoto, baik sendirian, maupun bersama teman-teman.
Latar belakang payung warna-warni ini memang sangat cocok diunggah di media sosial. Istilah anak muda sekarang instagramable.
Heru Prasetya, koordinator Festival Payung Indonesia menjelaskan acara kali ini berbeda dengan acara sebelumnya. Perbedaannya adalah tempat acara. Jika pada tiga acara sebelumnya digelar di Balaikambang maka, pada tahun ini festival payung dihelat di Puro Mangkunegaran.
"Tema tahun ini adalah Sepayung Indonesia. Mangkunegaran adalah tempat bersejarah. Indonesia penuh keberagaman, kami ingin jadi kesatuan dan berteduh di Payung Indonesia," ujar Heru, Jumat, 15 September 2017.
Festival Payung Indonesia bukan hanya sebagai ajang berfoto tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai seni instalasi payung. Ada 127 payung rajut dari berbagai perajin di belahan Nusantara. Selain itu, ada juga workshop tentang payung dan peragaan busana.
"Nanti istimewanya ada penampilan tari dari enam maestro tari. Ada Dariah (Banyumas), Ayu Bulantrisna Djelantik (Bali), Rusini (Solo), Didik Nini Thowok (Jogja), Retno Maruti (Jakarta) dan Hj Munasiah Daeng Jinne (Makassar), " jelas Heru.
Kepala Dinas Pariwisata Solo, Basuki Anggoro Hexa berharap bahwa acara semacam Festival Payung bisa menarik banyak wisatawan. Apalagi festival seperti ini tidak dimiliki daerah lain. "Saya optimistis bisa menyedot banyak wisatawan," kata dia.
Simak video pilihan berikut ini: