Utang Luar Negeri RI Naik Jadi US$ 339,9 Miliar

Berdasarkan kelompok peminjam, utang luar negeri sektor publik naik 9,2 persen menjadi US$ 174,3 miliar per akhir Juli 2017.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 15 Sep 2017, 19:30 WIB
Teller menghitung lembaran mata uang dolar AS di penukaran mata uang, Jakarta, Kamis (13/4). Nilai tukar rupiah terpantau menguat 0,09% atau 12 poin ke Rp13.263 per dolar AS di pasar spot. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Juli 2017 tercatat sebesar US$ 339,9 miliar atau tumbuh 3,9 persen secara year on year (yoy).

Dikutip dari data Bank Indonesia (BI), berdasarkan kelompok peminjam, pertumbuhan tahunan ULN sektor swasta menurun, sedangkan ULN sektor publik meningkat.

ULN sektor swasta tercatat US$ 165,5 miliar (48,7 persen dari total ULN) atau turun 1,2 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada Juni 2017 yang sebesar 0,7 persen (yoy).

Sementara itu, posisi ULN sektor publik pada Juli 2017 tercatat sebesar US$ 174,3 miliar (51,3 persen dari total ULN) atau tumbuh 9,2 persen (yoy), lebih tinggi dari 7,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.

Berdasarkan jangka waktu asal, ULN jangka panjang tumbuh terkendali sementara ULN jangka pendek tercatat tumbuh melambat. ULN berjangka panjang tumbuh 2,6 persen (yoy) pada Juli 2017, sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 2,0 persen (yoy).

Sementara itu, ULN berjangka pendek tumbuh 12,6 persen (yoy), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 14,3 persen (yoy).

Posisi ULN berjangka panjang tercatat US$ 293,9 miliar (86,5 persen dari total ULN), terdiri dari ULN sektor publik sebesar US$ 171,5 miliar (58,3 persen dari total ULN jangka panjang) dan ULN sektor swasta sebesar US$ 122,4 miliar (41,7 persen dari total ULN jangka panjang).

Sementara itu, posisi ULN berjangka pendek tercatat US$ 45,9 miliar (13,5 persen dari total ULN), terdiri dari ULN sektor swasta sebesar US$ 43,1 miliar (93,8 persen dari total ULN jangka pendek) dan ULN sektor publik sebesar US$ 2,9 miliar (6,2 persen dari total ULN jangka pendek).

Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada akhir Juli 2017 terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih (LGA). Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,3 persen.

Bila dibandingkan dengan posisi Juni 2017, pertumbuhan ULN pada sektor industri pengolahan dan sektor LGA tercatat mengalami penurunan. Sementara itu, ULN pada sektor keuangan dan sektor pertambangan masih mengalami kontraksi pertumbuhan.

Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada Juli 2017 tetap sehat dan terkendali. Bank Indonesia terus memantau perkembangan utang luar negeri dari waktu ke waktu untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Posisi Utang RI Masih Aman, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan utang pemerintah dikelola dengan bijaksana dan produktif. Selain itu, saat ini kondisi utang Indonesia jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara lain.

Sri Mulyani menyatakan, ‎jika dibanding tren pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan utang Indonesia relatif rendah. Bahkan utang tersebut paling rendah di antara negara-negara lain di dunia.

"Apakah utang Indonesia mengkhawatirkan? Dibandingkan negara-negara di dunia, Indonesia paling rendah, di bawah Rusia. Dibanding Turki, China, South Africa, Argentina, Meksiko yang utangnya di atas 50 persen. India eksposur utangnya 70 persen. Brasil defisit besar, pertumbuhan kecil. AS dan Inggris eksposur utangnya hampir 100 persen," ujar dia di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin, 4 September 2017.

Selain itu, utang Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) per kapita juga rendah. Sebut saja Jepang, meski pendapatan per kapita masyarakatnya tinggi, rata-rata utang jika dibagi per individu bisa lebih dari 100 persen.

"Income per kapitanya kan Indonesia lebih rendah? Indonesia utang terhadap PDB per kapita 28 persen. Jepang income per kapita hampir US$ 40 tapi eksposur utang per kepala US$ 90 ribu. Amerika Serikat (AS) income per kapita US$ 57 ribu, eksposur utangnya US$ 61 ribu. Jerman sama juga," kata dia.

Dilihat dari hal tersebut, lanjut Sri Mulyani, jika dibanding negara-negara lain, posisi utang Indonesia sejauh ini masih sangat aman. Oleh sebab itu, masyarakat seharusnya tidak perlu khawatir akan utang pemerintah saat ini.

"Jadi secara stok, kita yang paling kecil dan prudent. Indonesia very tiny, small. Negara yang kaya minyak kayak Qatar sudah kuning (mulai berhati-hati). Katanya dibandingkan dengan negara yang sama-sama kaya sumber daya alam, Indonesia hijau kecil. Mau dilihat dari sudut apa, Indonesia paling prudent," tandas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya