PBB: 60 Persen dari 400 Ribu Pengungsi Rohingya Adalah Anak-Anak

PBB juga mengatakan, akibat krisis kemanusiaan tersebut, pihaknya membutuhkan banyak bantuan selama mendirikan kamp penampungan pengungsi.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 16 Sep 2017, 13:00 WIB
Sejumlah anak pengungsi Rohingya membawa karung saat kembali ke gubuknya di kamp pengungsi, New Delhi, India (12/9). Sekitar 40.000 warga Rohingya yang pergi dari Myanmar. Tapi hanya 16.500 yang terdaftar di agen pengungsi U.N. (AP Photo/Altaf Qadri)

Liputan6.com, Yangon - Diperkirakan 60 persen dari 400 ribu warga Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar menuju Bangladesh adalah anak-anak.

Dikutip dari laman Voice of America, Sabtu (16/9/2017), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memastikan hal tersebut setelah melihat banyaknya anak kecil Rohingya.

PBB juga mengatakan, akibat krisis kemanusiaan tersebut, pihaknya membutuhkan banyak bantuan selama mendirikan kamp penampungan pengungsi di Bangladesh.

"Kami mengalami kekurangan yang akut, paling kritis adalah makanan dan air bersih," kata Edouard Beigbeder, Wakil UNICEF di Bangladesh.

"Kondisi di lapangan menjadikan anak-anak terancam penyakit akibat air yang kotor. Kami punya tugas luar biasa besar untuk melindungi anak-anak yang rentan ini," tambahnya.

Bantuan yang dikirim UNICEF termasuk air, suplai sanitasi, pakaian dan kebutuhan dasar lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan warga Rohingya, PBB akan lebih banyak menyuplai makanan dan kebutuhan yang diperlukan oleh pengungsi.

 

 


Bantuan Kemanusiaan Indonesia Tiba di Bangladesh

Duta Besar Republik Indonesia untuk Bangladesh Rina Soemarno menjelaskan, pesawat Hercules A1316 yang mendarat pertama kali di Bangladesh membawa bantuan kemanusiaan berupa tenda dan selimut serta beras sebanyak 10 ton. Bantuan itu akan sangat bermanfaat bagi para pengungsi etnis Rohingya.

Pesawat Hercules A1316 tiba di Bandara Internasional Shah Amanat Chittagong, Bangladesh, pada Kamis sore, 14 September setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 4 jam 30 menit.

Pesawat itu mengangkut bantuan kemanusiaan dari pemerintah Indonesia untuk diserahkan kepada para pengungsi etnis Rohingya asal Rakhine State, Myanmar, yang saat ini berada di perbatasan Bangladesh dan Myanmar.

Dikutip dari laman Voice of America, Duta Besar Republik Indonesia untuk Bangladesh Rina Soemarno dan perwakilan dari pemerintah Bangladesh menyambut langsung kedatangan bantuan kemanusiaan dari Indonesia itu.

Usai serah terima dengan perwakilan pemerintah Bangladesh, Rina Soemarno menyatakan apresiasinya atas bantuan kemanusiaan yang dikirimkan pemerintah Indonesia untuk Bangladesh. Menurut Rina, masih banyak kendala teknis di lapangan tempat penampungan pengungsi etnis Rohingya yang membutuhkan bantuan dunia internasional.

"Kiriman bantuan kemanusiaan dari Indonesia ini sudah ditunggu-tunggu karena ada kendala keterbatasan di lapangan. Alhamdulillah, pesawat pertama telah tiba dan telah diterima," kata Rina Soemarno.

Lebih lanjut, Rina menjelaskan tim kemanusiaan dari perwakilan Pemerintah Indonesia akan membantu distribusi bantuan kepada para pengungsi yang ada di Kota Coxs Bazar.

"Dari sini, akan diserahkan kepada pemerintah Bangladesh. Lalu kita akan membantu membawa ke Kota Coxs Bazar, kota terdekat dengan daerah pengungsi sekitar 170 KM dari kota ini. Kita akan bantu sampai di sana, karena nanti dari sana, pemerintah Bangladesh akan bekerja sama dengan organisasi internasional yang bekerja di lapangan dan mengurus pengungsi sehari-hari," lanjutnya.

Rina juga menjelaskan, kondisi saat ini di sejumlah tenda pengungsian yang ada di Kota Coxs Bazar cukup memprihatinkan.

"Kemarin saya ke Coxs Bazar, di sana kamp-kamp pengungsian sudah melebihi kapasitas sehingga dibangun kamp-kamp yang asal-asalan tendanya hanya didukung oleh tenda bambu yang kalau kena angin atau hujan angin akan terbang. Makanya tenda sangat ditunggu. Bantuan kita hari ini juga berisi tenda akan sangat bermanfaat," jelas Rina.

Rina menambahkan, kondisi memprihatinkan itu terutama karena masih banyak yang tidur di alam terbuka.

"Di tenda-tenda bivak yang terbuat dari terpal dan plastik. Bahkan banya juga yang terpaksa harus tidur di bawah langit. Jadi kondisinya sangat memprihatinkan. Makanan juga sangat kurang. Dan mereka juga mulai menderita penyakit," imbuhnya.

Pesawat Hercules A1316 yang mendarat pertama kali di Bangladesh membawa bantuan kemanusiaan berupa tenda dan selimut serta beras sebanyak 10 ton. Bantuan tersebut diharapkan akan sangat bermanfaat bagi para pengungsi.

Bantuan tersebut kemudian langsung diserahkan oleh Direktur Tanggap Bencana BNPB Junjungan Tambunan kepada Duta Besar Republik Indonesia untuk Bangladesh Rina Soemarno. Selanjutnya, Rina Soemarno menyerahkan bantuan tersebut kepada pemerintah Bangladesh yang diwakili oleh District Commissioner Chittagong, Md Zillur Rahman Chowdhury.

Dua pesawat Indonesia, yang saat ini masih berada di Pangkalan TNI AU Sultan Iskandar Muda Aceh, rencananya akan diberangkatkan dalam waktu dekat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya