Liputan6.com, Moskow - Rusia mengecam uji coba rudal terbaru Korea Utara yang melintasi langit Jepang. Namun, di lain sisi, Negeri Beruang Merah juga mengkritik retorika agresif Amerika Serikat terhadap Korut.
Rudal tersebut diketahui adalah rudal jarak menengah Hwasong-12. Peluru kendali itu menempuh jarak sekitar 3.700 kilometer dan mencapai ketinggian maksimum 770 kilometer.
Advertisement
Seperti dikutip dari Independent pada Sabtu (16/9/2017), Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut peluncuran rudal Korut ilegal. Namun mereka menambahkan, "Sayangnya, retorika agresif satu-satunya datang dari Washington".
Ada pun Kremlin mengatakan bahwa uji coba rudal teranyar Korut adalah bagian dari serangkaian provokasi yang tak dapat diterima, dan DK PBB meyakini bahwa peluncuran semacam itu seharusnya tidak terjadi.
"Kami sangat prihatin dengan peluncuran provokatif yang memicu ketegangan lebih jauh. Jelas menunjukkan bahwa posisi kami adalah uji coba semacam itu tidak dapat diterima," tegas Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Kementerian Luar Negeri China juga mengeluarkan pernyataan bernada serupa, mengecam uji coba rudal terbaru Korut. Tiongkok mendesak seluruh pihak melakukan dialog guna mengurangi ketegangan.
Juru bicara Kemlu China, Hua Chunying mengatakan bahwa situasi di Semenanjung Korea pasca-peluncuran rudal Korut tetap "kompleks, sensitif, dan genting". Beijing mendesak semua pihak untuk menghindari tekanan yang dapat mengobarkan situasi tersebut sembari menambahkan bahwa negaranya bukanlah kunci untuk menyelesaikan krisis nuklir Korut.
"Yang mendesak sekarang adalah bahwa semua pihak harus segera menghentikan tindakan berbahaya dan provokatif mereka dan pernyataan-pernyataan yang meningkatkan ketegangan," ungkap Hua.
China, sekutu utama Korut adalah satu dari lima anggota tetap DK PBB. Beijing mendukung sanksi terakhir DK PBB yang menargetkan pembatasan ekspor bahan bakar, larangan penjualan tekstik serta larangan terhadap negara-negara untuk mengeluarkan izin kerja baru bagi pekerja asal Korut.
Jepang dan AS dalam Ancaman Korut
Sebelumnya, Korut mengancam akan menggunakan senjata nuklir untuk menenggelamkan Jepang dan mengurangi wilayah AS dengan menjadikannya "abu dan kegelapan". Ancaman ini datang setelah DK PBB menjatuhkan sanksi atas uji coba nuklir terbaru negara itu.
Komite Perdamaian Asia Pasifik Korea (KAPPC) yang menangani hubungan dan propaganda luar Korut juga menyerukan pembubaran DK PBB yang mereka tuding terdiri dari negara-negara yang menerima suap dan bergerak atas perintah Amerika Serikat.
"Keempat pulau dapat ditenggelamkan oleh bom nuklir Juche. Keberadaan Jepang di dekat kita tak lagi diperlukan," kata KAPPC seperti dilansir KCNA dan dikutip dari Independent.
Juche adalah ideologi resmi yang dianut di Korea Utara. Juche mengandung prinsip bahwa "manusia menguasai segala sesuatu dan memutuskan segala sesuatu".
Juche mengandung pengertian "self-reliance" atau "percaya pada kemampuan sendiri". Ideologi ini pertama kali dicetuskan oleh Kim Il-sung sekitar awal 1955.
"Mari kita kurangi daratan AS dengan menjadikannya abu dan kegelapan. Mari kita curahkan dendam kita dengan memobilisasi seluruh sarana pembalasan yang telah dipersiapkan," sebut KAPPC. Selain itu, Korut juga menyebut Korsel sebagai "pengkhianat dan anjing" AS.
Jepang pun menyikapi pernyataan Korut. "Ini sangat provokatif dan mengerikan. Ini adalah sesuatu yang nyata-nyata meningkatkan ketegangan regional dan sama sekali tidak dapat diterima," ujar Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga.
Advertisement