Liputan6.com, Rakhine - Lebih dari 400 ribu warga Muslim Rohingya melarikan diri dari konflik di Rakhine State Myanmar. Mereka kini mendirikan tenda-tenda darurat di perbatasan Myanmar-Bangladesh. Salah satu lokasi pengungsian berada di Kutupalong.
Seperti ditayangkan Fokus Pagi Indosiar, Sabtu (16/9/2017), Bangladesh sendiri termasuk salah satu negara miskin, sehingga ribuan pengungsi ini terancam kelaparan dan terpapar berbagai penyakit akibat minimnya bantuan pangan dan buruknya sanitasi.
Advertisement
Abul Bashar, satu di antara pengungsi mengaku berjalan kaki selama 15 hari dari desanya di Bandarban, Rakhine State untuk menuju Bangladesh. Ia tidak sempat membawa harta benda apapun kecuali pakaian yang dikenakannya. Bahkan seorang pria berusia 73 tahun kini sebatang kara setelah terpisah dari keluarganya.
Sementara itu, amnesty international mengungkapkan bahwa militer Myanmar dengan sengaja melakukan pembakaran terhadap rumah-rumah milik warga Rohingnya. Aksi pembakaran dilakukan selama tiga pekan sejak bentrokan pecah 25 Agustus lalu.
Menurut Amnesty Internasional, bukti adanya unsur kesengajaan itu didapatkan berdasarkan citra satelit di In din, tidak jauh dari Maungdaw, terlihat permukiman etnis Rohingya ludes terbakar. Sedangkan yang bukan etnis Rohingya dalam kondisi utuh.
Sekjen PBB Antonio Guterres bahkan sebelumnya telah menyatakan kekhawatirannya, bahwa telah terjadi pembersihan etnis yang dilakukan militer Myanmar.