Liputan6.com, Moskow - Rusia telah menyepakati salah satu perjanjian paling besar dengan anggota NATO yaitu Turki. Kesepakatan tersebut terkait dengan jual beli sistem senjata rudal anti-pesawat generasi baru, S-400 Triumf.
Turki saat ini merupakan negara kedua di aliansi militer tersebut yang memakai sistem rudal antibalistik Rusia. Negara lainnya adalah Yunani.
"Kontrak telah disetujui dan akan segera dilaksanakan. Misil S-400 adalah salah satu sistem paling rumit yang terdiri dari komponen teknis besar, jadi ada beberapa perbedaan," ujar Vladimir Kozhin, Ajudan Presiden Rusia untuk kerja sama militer teknis.
Baca Juga
Advertisement
"Saya dapat menjamin bahwa segala keputusan yang dibuat di kontrak ini sesuai dengan kepentingan strategis kami," tambahnya.
Dikutip dari laman RBTH Indonesia, Senin (18/9/2017), meski demikian, Kozhin menambahkan bahwa Turki harus menunggu beberapa tahun hingga mendapatkan sistem ini.
"Saya ingin menekankan satu faktor signifikan yang diperlukan. Ada sederet negara-negara yang ingin membeli sistem ini. Mereka adalah negara-negara Asia Tenggara dan Timur Tengah, serta anggota Organisasi Traktat Keamanan Kolektif," ujar Kozhin.
"Ada banyak pengajuan. Sejumlah negara memiliki minat khusus akan sistem ini," tambahnya.
Kenapa Senjata ini Diminati?
Di awal abad ke-21, Rusia menciptakan sebuah misil berat antipesawat. Itu dinamakan S-400 Triumf, atau yang disebut negara NATO sebagai "Growler".
Senjata baru ini langsung menjadi juara sistem misil antibalistik di seluruh dunia dengan kapasitasnya mendeteksi musuh, dari roket, jet, bomber, helikopter, dan segala sistem serangan udara dari jarak hingga 580 kilometer.
Sistem berbasis radar ini tidak beroperasi satu arah seperti sistem-sistem lain, tapi mampu mendeteksi setiap benda yang datang atau pergi dari lingkaran berdiameter 580 kilometer.
Ini adalah fitur utamanya, karena kompetitor utamanya, MIM-104 Patriot asal AS, hanya mampu melakukan hal serupa dengan jarak 177 kilometer dari satu arah.
Namun, Growler sekarang sudah melakukannya dari jarak 386 kilometer, sehingga belum ada jet tempur generasi kelima dan bomber yang bisa melewatinya tanpa terdeteksi.
Hal-hal ini menjadi alasan utama mengapa China, India, dan Turki akan menjadi negara-negara pertama yang mendapatkan sistem perlindungan mumpuni dengan harga 500 juta dolar AS per divisi (terdiri dari delapan mesin luncur dan unit-unit pendukung).
Advertisement