Wiranto: Raja dan Sultan Harus Turut Andil Perkuat Pancasila

Dia mengakui, keberadaan raja dan sultan memiliki hubungan historis dengan negara Indonesia.

oleh Panji Prayitno diperbarui 18 Sep 2017, 08:14 WIB
Menko Polhukam Wiranto. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Cirebon - Menkopolhukam Wiranto turut mengisi materi di acara Musyawarah Raja-Raja se-Nusantara dalam Festival Keraton Nusantara (FKN) XI di Cirebon, Jawa Barat, Minggu kemarin.

Pada kesempatan itu, Wiranto mengajak para raja se-Nusantara untuk mengambil bagian dari upaya memperkuat kembali pemahaman Pancasila sebagai idiologi negara. Dia mengakui, keberadaan raja dan sultan memiliki hubungan historis dengan negara Indonesia.

"Pemerintah sudah mulai melakukan langkah kuat dan serius dengan membentuk Unit Kerja Presiden untuk Pemantapan Pancasila," ujar Wiranto di Cirebon, Minggu 17 September 2017.

Dalam menjalankan peran memperkuat kembali ideologi Pancasila, dia mengaku ingin menyerap aspirasi dan menerima masukan dari para raja, keturunan raja dan sultan dari keraton se-Nusantara.

Aspirasi tersebut, kata dia, untuk dijadikan bahan pemerintah agar lebih hati-hati dalam mengambil kebijakan. Kebijakan yang diambil terkait dengan keraton maupun kesultanan di Indonesia harus ada simbiosis mutualisma atau saling menguntungkan.

"Semua sepakat NKRI harus dipelihara, maka dari itu kami mencari cara untuk lebih memperkuat nilai ideologi Pancasila dengan menyerap aspirasi mereka," kata dia.

Dalam upaya menjaga keutuhan NKRI, Wiranto juga meminta para raja, sultan maupun pimpinan keraton se-Nusantara ikut mengambil bagian pada proses pembinaan bela negara. Simbiosis positif ini kita akan dapat membangun kerja sama, baik dalam menjaga stabilitas nasional, politik, keamanan dan ekonomi.

Dia meyakini, hingga saat ini keraton masih memiliki pengaruh di masyarakat.

"Dengan pengaruh itu saya ingin mengajak beliau-beliau untuk mengambil bagian dari bagaimana membumikan kembali perkuat kembali pemahaman Pancasila sebagai ideologi negara," pungkas Wiranto.


Cinta Tanah Air

Sebelumnya, Wiranto menegaskan, penerapan bela negara harus dengan cara witing tresno jalaran soko kulino, sebuah peribahasa Jawa yang berarti tumbuhnya cinta karena telah terbiasa. Hal itu dikaitkan dengan perasaan cinta dan bela Tanah Air yang dirasakan publik karena terbiasa.

"Di Indonesia diwujudkan dalam banyak slogan, naik becak, masuk restoran, taksi, semua ada slogan bela negara, seperti slogan 'Saya Pancasila'," ujar Wiranto di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Rabu 9 Agustus 2017.

Ia bercerita, sepulang dari Turki beberapa waktu lalu, ada nilai yang bisa dia petik. Turki berbatasan dengan Suriah, negara tempat bernaungnya ISIS, sebenarnya ingin membuat tembok pembatas. Namun, hal itu sulit dilakukan, sehingga Turki memilih untuk membuat 'tembok' di hati warganya.

"Bendera-bendera besar Turki dikibarkan di mana-mana, dan bisa dibilang rasio terorisme di Turki kecil, padahal negaranya berbatasan dengan Suriah," kata Wiranto.


Saksikan video menarik di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya