Lereng Gunung Agung Terbakar, Terkait Aktivitas Vulkanik?

Pusat Pengendalian Operasi BPBD Bali mencatat, hingga saat ini, ada sekitar 11 titik api di lereng Gunung Agung.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Sep 2017, 13:00 WIB
Status Gunung Agung di Karangasem, Bali, naik dari Normal ke Waspada pada 14 September 2017. Visual tanggal 1 Juli 2017. (Foto: Istimewa/PVMBG/Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral)

Liputan6.com, Denpasar - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali menyatakan, lereng Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, terbakar di tengah peningkatan aktivitas vulkanik gunung berapi tertinggi di Pulau Dewata tersebut.

"Kebakaran itu tidak ada kaitannya dengan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung," ucap Kepala BPBD Bali Dewa Indra di Denpasar, Selasa (19/9/2017), dilansir Antara.

Dewa Indra menyebutkan, kebakaran di lereng gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu diduga diakibatkan oleh kekeringan yang memicu percikan api, sehingga menyebabkan kebakaran.

Kebakaran hutan dan lahan di lereng gunung yang disucikan umat Hindu itu terjadi di sekitar Kubu, wilayah sebelah utara-timur laut kawah Gunung Agung, dalam 24 jam terakhir.

Pusat Pengendalian Operasi BPBD Bali mencatat, hingga saat ini, ada sekitar 11 titik api di lereng Gunung Agung.

Bukan Hujan Abu Vulkanik

Sebelumnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, berdasarkan hasil analisis Satelit Aqua dan Terra dari Lapan menunjukkan adanya tiga titik api atau hotspot kebakaran hutan dan lahan di sebelah utara-timur laut kawah Gunung Agung dalam 24 jam terakhir.

Menurut laporan petugas lapangan, hingga pagi tadi, kebakaran hutan dan lahan masih berlangsung di sekitar Gunung Agung. "Kemungkinan abu dari material lahan yang terbakar ini terbawa oleh angin dan jatuh ke permukaan," ucapnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya informasi hujan abu dan foto-foto yang beredar di media sosial, imbuh Sutopo, tidak benar hujan abu dari aktivitas vulkanik Gunung Agung.

"Kemungkinan itu adalah material abu dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sekitar gunung," Sutopo menegaskan.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Puluhan Warga Mulai Mengungsi

Gunung Agung. (bali.panduanwisata.id)

Terkait meningkatnya status Gunung Agung dari Waspada menjadi Siaga, Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyatakan, sebanyak 44 warga yang berasal dari desa di sekitar kawasan Gunung Agung mengungsi secara mandiri ke sejumlah lokasi di Kabupaten Klungkung.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, sebanyak 44 warga tersebut berasal dari Dusun Lebih, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem.

Sutopo mengatakan, mereka mengungsi di tiga lokasi di wilayah Kabupaten Klungkung yang dibantu BPBD Kabupaten Klungkung. Wilayah itu memang berbatasan dengan Kabupaten Klungkung.

"Mereka mengungsi secara mandiri meskipun pemerintah daerah setempat maupun dari instansi berwenang belum ada instruksi untuk mengungsi," ujar Sutopo, diwartakan Antara.

Mengungsinya puluhan warga tersebut diduga disebabkan karena mereka khawatir dengan status aktivitas Gunung Agung yang meningkat sejak beberapa hari terakhir.

Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status aktivitas Gunung Agung dari Waspada menjadi Siaga atau Level III terhitung mulai pukul 21.00 Wita pada Senin, 18 September 2019, berdasarkan hasil analisis data visual dan instrumental serta mempertimbangkan potensi ancaman bahayanya.

Dinaikkannya status aktivitas Gunung Agung itu membuat PVMBG juga memperluas larangan bagi masyarakat di sekitar Gunung Agung, termasuk pendaki atau wisatawan untuk tidak diperkenankan beraktivitas di seluruh area di dalam radius 7,5 kilometer dari kawah puncak atau pada elevasi di atas 950 mdpl.

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika, di pos pengamatan Gunung Agung mengatakan rekomendasi pelebaran kawasan larangan aktivitas itu meliputi kawasan utara, selatan, barat daya, dan tenggara.

Rekomendasi itu, lanjut dia, didasarkan pantauan pos pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang yang telah mencatat gempa vulkanik lebih dari 400 kali dalam 24 jam terakhir.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya