Pengurangan Porsi BBM di Pembangkit Listrik Belum Sesuai Target

Terjadi lonjakan signifikan pada porsi EBT dalam bauran energi nasional karena mulai beroperasinya beberapa pembangkit.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 19 Sep 2017, 15:04 WIB
Dalam Promo Gemerlap Lebaran 2017, PLN memberikan potongan biaya penyambungan tambah daya listrik.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dan PT PLN (Persero) tengah berusaha mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak ‎(BBM) yang digunakan untuk pembangkit listrik. Namun sejauh ini, pencapaian dari upaya tersebut belum terlalu menggembirakan.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andy Noorsaman Sommeng mengatakan, ‎BBM masih menempati porsi 6,18 persen dalam bauran energi pada triwulan II 2017.‎ Sedangkan target dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2017, porsi BBM seharusnya sebesar 5,90 persen.

"Porsi BBM masih di atas target APBN 2017 yang ada di 5,90 persen," kata Andy di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (19/9/2017).

Meski porsi BBM dalam bauran energi belum mencapai target, porsi energi lainnya sudah mencapai target, bahkan ada yang sudah di atas target.

Energi tersebut di antaranya adalah Energi Baru Terbarukan (EBT). Untuk bauran energi panas bumi sudah mencapai 4,96 persen, sedangkan targetnya sendiri di angka 4,62 persen. Untuk energi air sudah mencapai 7,45 persen, sedangkan targetnya ada di angka 6,40 persen.

Untuk bauran energi dari batu bara sudah mencapai 57,45 persen, sedangkan target dalam APBN 2017 57,45 persen.‎

Sedangkan porsi energi yang sudah mendekati target bauran energi adalah‎ gas, dengan capaian 23,80 persen sedangkan targetnya 25,48 persen.

Andy melanjutkan, terjadi lonjakan signifikan pada porsi EBT dalam bauran energi nasional. Hal ini dipicu oleh beroperasinya pembangkit listrik berbahan bakar EBT sepanjang 2017.

"EBT diharapkan ahir tahun bisa mencapai 13‎ persen sampai akhir tahun, dengan beroperasinya pembangkit EBT," tutup Andy.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Panas bumi

Indonesia akan menjadi penghasil listrik dari tenaga panas bumi terbesar di dunia pada 2021. Hal ini diakibatkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) yang terus mengalami kemajuan pesat.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan, dengan ada tambahan pasokan listrik panas bumi sebesar 2.023,5 Mega Watt (MW) melalui penambahan kapasitasi dari PLTP Sarulla berkapasitas 2 x 110 MW, PLTP Karaha 30 MW, PLTP Sorik Marapi berkapasitas 2 x 20 MW, dan PLTP Lumut Balai berkapasitas 55 MW.‎ Indonesia akan melampaui Filipina yang saat ini menjadi negara pengguna energi panas bumi terbesar kedua di dunia pada 2018.

Berdasarkan rencana yang disusun, Indonesia akan menjadi negara penghasil energi panas bumi terbesar di dunia, mengalahkan Amerika Serikat pada 2021, dengan kapasitas listrik panas bumi mencapai 3.559,5 MW.

"Berdasarkan hasil analisa kami, kapasitas PLTP Indonesia akan mengalahkan produsen tenaga listrik panas bumi terbesar dunia, Amerika Serikat dan Filipina di tahun 2021," kata Dadan.

Capaian ini berdasarkan perkembangan panas bumi di Filipina telah mendekati cadangan yang ada, sedangkan perkembangan panas bumi di Amerika Serikat tidak ada peningkatan yang signifikan, karena tidak adanya insentif pengembangan panas bumi disana.

Dadan mengatakan, saat ini pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia untuk keperluan pembangkitan listrik baru 1.698,5 MW atau sekitar 10 peren dari cadangan yang ada. Padahal, sebanyak 331 titik lokasi potensi panas bumi yang telah menyebar di wilayah Indonesia sangat strategis untuk investasi dan memenuhi kebutuhan energi nasional sesuai dengan Kebijakan Energi Nasional (KEN).

"Kami punya cadangan panas bumi sebesar 17.506 MW dan sumber daya sebesar 11.073 MW, tapi belum dioptimalkan. Ini jadi peluang bagi para investor sekaligus memenuhi kebutuhan energi nasional," ungkap Dadan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya