Kivlan Zein dan Isu Kebangkitan PKI

Kivlan Zein pernah menyebut PKI sudah kembali lahir dan memiliki markas. Juga telah ditentukan siapa yang bakal memimpin.

oleh Nanda Perdana PutraAndrie Harianto diperbarui 20 Sep 2017, 07:40 WIB
Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zein saat memberi keterangan kepada awak media usai menjala pemeriksaan terkait kasus dugaan makar Depok, Sabtu (3/12/2016). Kivlan menyebut dirinya tidak hadir pada kegiatan 1 Desember itu. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Bidang Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur, menyebut dua nama di balik penyerangan kantor YLBHI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin 18 September 2017, dini hari.

Dua nama tersebut adalah Rahmat Himran selaku Koordinator Lapangan Aliansi Mahasiswa Anti-Komunis (Alamak).

"Yang kedua nama Kivlan Zen. Kalau nama ini keluar sebuah web berita yang menginformasikna Kivlan memimpin rapat pengkoordinasi pembubaran PKI. Ini distorsi paling awalnya, menurut saya," kata Isnur, Senin kemarin.

Kivlan merupakan purnawirawan jenderal bintang dua. Namanya wara-wiri pemberitaan media massa. Dia kerap menggelorakan bahaya laten kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo sekarang.

Bagi Kivlan, Komunis bukan saja ancaman. Tapi sudah nyata hadir di tengah masyarakat. Berulang kali dia menyebut PKI sudah kembali terorgasasi dan memiliki markas.

Tudingan tersebut, misalnya, dilontarkan mantan Kepala Staf Kostrad pada Juni 2016 lalu. Bahkan dia sudah mengantongi nama orang yang memimpin lahirnya kembali PKI, yaitu Wahyu Setiaji. Namun, saat diminta untuk membeberkan sosok bernama, Kivlan menolak untuk membuka.

Tidak hanya itu, Kivlan juga menyampaikan, markas pusat PKI yang ia maksud tidak lagi berada di lokasi-lokasi senyap. Namun, mereka kini berkantor di tengah perkotaan, tepatnya di wilayah Jakarta Timur, tidak jauh dari kantor pusat Nahdlatul Ulama (NU).

"Ingat, kantor PKI yang ada di samping Hotel Acacia, Jalan Matraman sudah mulai direnovasi seolah-olah dikatakan itu kantor milik PT. Itu mereka akan bangkit, di situlah PKI. Di depan itu indikasi kalau mereka sudah bangun," terang dia.

Lalu, apakah ucapan Kivlan tersebut terbukti?

Untuk membuktikan kebenaran ucapan sang jenderal tersebut, Liputan6.com menelusuri daerah yang dimaksud. Dalam penelusuran, yang ditemukan justru bukan gedung perkantoran, namun ada beberapa deretan warung, toko obat kuat, warung makan, dan bengkel sepeda motor.

Namun, selain jejeran toko yang berdempetan itu, terdapat sebuah gedung kosong yang tampak kusam, ditumbuhi lumut dan rumput liar. Di depan gedung tampak terpasang sebuah tiang bertuliskan "PT Catur Krida Dana Utama" di sebuah plang berwarna hijau.

Lalu, apakah gedung kosong itu yang di maksud oleh Kivlan Zen sebagai markas PKI? Beberapa warga yang ditanya mengenai kabar itu mengaku kaget. Pasalnya gedung tersebut sudah lama kosong dan tidak ada yang menjaga.

"Akh, siapa yang bilang Mas? Sudah lama gak dipakai, gak tahu itu bangunan apa, katanya milik PT, tapi sudah tahunan, Mas, gak dibangun," ujar Krisman (48) seorang warga Kramat Lontar yang rumahnya berada di Gang III, saat itu.

Kivlan Zen menyebut Markas PKI berada di kawasan Kramat (Nanda Putra/Liputan6.com)

Sementara itu, Syamsu Rijal, Ketua RW 01, Kelurahan Paseban, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, mengaku kaget wilayahnya dituding sebagai tempat bercokolnya markas PKI. "Wah, di mana nya itu kantor nya? Baru dengar saya, gak ada apa-apa di sini, Mas. Saya kenal sekali wilayah saya," ujar Syamsu.

Selama ini, menurut dia, wilayahnya mayoritas kawasan pemukiman. Mengenai keberadaan gedung kosong di wilayahnya, Syamsu juga tak meyakini kalau gedung itu menjadi markas kegiatan PKI.

Setahun berlalu Liputan6.com kembali menelusuri gedung tersebut, kondisinya tidak berubah. Kosong. Aroma pesing terasa menusuk hidung. Juga tidak ada tanda-tanda pembangunan atau renovasi di gedung kosong itu.

Kivlan Zen menyebut Markas PKI berada di kawasan Kramat (Nanda Putra/Liputan6.com)

 

 


Kebangkitan PKI Bukan Hoax?

Pada 2017, isu kebangkitan PKI dan komunisme kembali muncul ke permukaan. Seminar tentang pelurusan sejarah G30S di YLBHI dituding sebagai bukjti.

Kapolda Metro Jaya Idham Azis menyebut, massa yang menyerang dan merusak kantor YLBHI terpancing kabar bohong yang viral alias hoax. Kapolda menyebut tidak ada acara berbau kebangkitan PKI seperti yang dituduhkan massa.

Meski demikian, Kivlan bersikukuh bahwa acara yang digelar YLBHI dengan keluarga korban G30 S/PKI bukan kabar bohong.

"Bukan hoax. Benar. Orang ada acaranya, pembicaranya, kemudian topiknya apa," tutur Kivlan saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Senin (18/9/2017).

Kivlan mengaku sudah menyelidiki muatan dari seminar tersebut. Acara itu akan menyimpulkan bahwa PKI tidak bersalah. Dalam konteks itu, selanjutnya akan menuju gagasan perlu dicabutnya Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966.

"Terus dicabut sehingga PKI boleh hidup lagi karena PKI nggak salah. Berarti dia melawan Tap MPRS toh. Dan kemudian anggota PDIP yang namanya Betor Suryadi kan menyarankan supaya Tap MPRS itu dicabut," jelas dia.

Kemudian, lanjut dia, topik yang dibicarakan keseluruhannya mengarahkan bahwa yang sebenarnya salah adalah Pemerintahan Orde Baru, Presiden Soeharto, termasuk para jenderal dan Angkatan Darat pada masanya.

"Ya diselidiki. Orang saya (intel) ada di dalam. Dan ini beredar di Facebook kok. Acaranya, pembicaranya, kemudian topiknya apa yang dibicarakan. Waduh kenceng lagi kita ini. Masa mereka membuka luka lama. Masa kita lawan nggak boleh," beber Kivlan.

Dia kembali menegaskan bahwa semua informasi itu tidaklah mengada-ada. Aksi penggerudukan Gedung YLBHI disebut sudah tepat demi mengantisipasi kehidupan kembali PKI di Indonesia.

"Saya bukan dapat informasi seperti itu karena saya dapat acara panitianya kok di situ. Siapa panitianya, penanggung jawab masing-masing event ya toh. Ada masuk di Facebook kok, masuk di WA saya acaranya itu. Ada orang saya di dalam. Di dalam itu ada orang saya, jadi saya tahu apa yang mereka kerjakan," Kivlan menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya