Liputan6.com, Jakarta Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) telah melakukan seleksi ratusan film Tanah Air yang akan dikirim sebagai wakil Indonesia dalam Piala Oscar 2018. Dari 190 film yang diseleksi, film Turah yang kemudian dipilih PPFI untuk diikutsertakan dalam ajang prestisius di dunia perfilman ini.
Bersama 13 orang lainnya, Christine Hakim selaku ketua tim penyeleksi pun sepakat memilih film Turah. Nantinya, film produksi PT Empat Warna Media ini akan bersaing dengan film wakil negara lain untuk bisa masuk dalam nominasi kategori Film Bahasa Asing.
Baca Juga
Advertisement
"Komite seleksi menetapkan film produksi PT Empat Warna Media yang berjudul Turah sebagai film pilihan komite seleksi untuk karegori Film Bahasa Asing untuk masuk ke Oscar," kata Christine Hakim.
Menurut Christine Hakim, pemilihan film Turah sebagai wakil Indonesia di Oscar 2018 memiliki alasan khusus. Meski bukan film dengan penilaian terbaik, film Turah yang dianggap cocok dikirimkan ke Oscar.
"Kami tidak membuat penilaian terbaik. Tapi kami mempertimbangkan mana yang sesuai untuk kita kirimkan ke festival Oscar. Kami 13 orang berembuk, mudah-mudahan bisa memberi manfaat yang baik ke depannya," ujar bintang film Pasir Berbisik ini.
Selain Christine Hakim, berbagai sineas lintas generasi turut berpartisipasi dalam proses seleksi ini. Di antaranya ialah Mathias Muchus, Reza Rahadian, Marcella Zalianty, Firman Bintang, Tya Subiakto, Benni Setiawan, Alim Audio dan Wina Armada.
"Kami berusaha terus meningkatkan film Indonesia. Dan kali ini kami bukan membuat penilaian seperti penjurian festival, baik dan buruknya. Tetapi ini harus memenuhi standar masuk Oscar. Kami membuat analisa dari hasil yang menang foreign film," ucap Christine Hakim.
"Banyak potensi yang besar kami berusaha terus meningkatkan film Indonesia. Tapi seperti ada yang kurang, pemerintah kita harapkan bisa berpartisipasi langsung merealisasikan ini," ia menambahkan.
Sementara itu, Turah adalah sebuah film yang disutradarai oleh Wicaksono Wisnu Legowo dan diproduseri Ifa Isfansyah. Film berbahasa Tegal ini berkisah tentang konflik yang terjadi dalam sebuah kampung terpencil, di mana Turah hendak melawan kekuasaan Darso, juragan kaya yang menekan mereka.
Film ini telah memenangkan sejumlah penghargaan dan diputar di berbagai festival dunia, seperti Jogja-Netpac Asian Film Festival dan Singapore International Film Festival.
(Ras)