Pidato Donald Trump di PBB Targetkan Korut, Iran, dan Venezuela

Seperti yang sudah diprediksikan, Korut, Iran, dan Venezuela jadi agenda pidato Trump di Sidang Majelis Umum PBB. Apa kata presiden AS itu?

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Sep 2017, 10:22 WIB
Presiden AS Donald Trump ketika menyampaikan pidato perdananya di Sidang Majelis Umum PBB pada 19 September 2017 (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, New York - Donald Trump telah menyampaikan pidato perdananya di hadapan Sidang Majelis Umum PBB ke-72 di New York, Amerika Serikat. Dalam isu global, pidato Trump menargetkan Korea Utara, Iran, dan Venezuela.

Trump mengawali pidatonya dengan mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin dunia yang berniat membantu AS pasca-terjangan Badai Harvey dan Badai Irma. "Saya ingin memulainya dengan mengungkapkan apresiasi kepada seluruh pemimpin di ruangan ini yang telah menawarkan bantuan. Rakyat Amerika kuat dan tangguh, dan mereka akan bangkit dari kesulitan-kesulitan ini lebih cepat dari sebelumnya".

Setelahnya, Trump mulai memamerkan sederetan hal yang ia klaim sebagai prestasi dari kemenangannya dalam ajang Pilpres AS 2016. "Saham berada pada titik tertinggi sepanjang masa, ini sebuah rekor. Pengangguran berada pada titik terendah dalam 16 tahun terakhir, kita memiliki lebih banyak pekerja di AS saat ini dibanding sebelumnya. Perusahaan-perusahaan bangkit kembali, menciptakan lapangan kerja, keadaan yang lama tidak pernah terlihat di negara kita dan baru saja diumumkan bahwa kita akan menghabiskan nyaris US$ 700 miliar untuk militer dan pertahanan kita. Militer kita akan segera menjadi yang terkuat yang pernah ada".

Dalam kesempatan yang sama, Trump juga menegaskan bahwa AS akan selamanya menjadi teman baik dunia, terutama sekutu-sekutunya. "Namun kita tidak lagi bisa dimanfaatkan atau masuk dalam satu kesepakatan di mana AS tidak mendapat imbalan apa pun. Selama saya menjabat, saya akan membela kepentingan AS di atas segalanya, tapi dalam memenuhi kewajiban kita terhadap negara ini, kita juga menyadari bahwa adalah kepentingan setiap orang untuk mencari masa depan di mana setiap negara bisa berdaulat, makmur, dan aman".

"Kami menginginkan harmoni dan persahabatan, bukan konflik dan perselisihan. Kami dipandu oleh hasil, bukan ideologi. Kami memiliki kebijakan berprinsip realisme, berakar pada tujuan, kepentingan dan nilai bersama," ujar Trump.

Seperti dikutip dari Independent pada Rabu (20/9/2017) berikut pernyataan Trump terkait dengan Korut, Iran, dan Venezuela:


1. Korea Utara

Seperti yang sudah banyak diprediksi, Korut akan menjadi salah satu isu utama yang disorot Trump dalam Sidang Majelis Umum PBB ke-72.

"Tidak ada yang menunjukkan penghinaan terhadap negara lain demi kesejahteraan mereka sendiri dibanding rezim jahat di Korea Utara. Mereka bertanggung jawab atas kelaparan jutaan rakyat Korea Utara. Juga atas pemenjaraan, penyiksaan, pembunuhan, dan penindasan yang tak terhitung jumlahnya. Kita semua saksi kekerasan rezim mematikan tersebut ketika seorang mahasiswa AS yang tidak berdosa, Otto Warmbier, kembali ke AS, hanya untuk meninggal dunia beberapa hari kemudian," tutur Trump.

Ayah lima anak itu juga menyinggung kematian Kim Jong-nam, kakak tiri Kim Jong-un. "Kita lihat bagaimana pembunuhan saudara sang diktator, menggunakan racun saraf di bandara internasional. Kita tahu soal penculikan seorang gadis Jepang berusia 13 tahun yang dipaksa menjadi guru bahasa bagi mata-mata Korut".

Pemimpin Korut, Kim Jong-un berbincang dengan para peneliti mengenai program senjata nuklir saat meninjau pembuatan bom hidrogen yang dapat dimasukkan ke dalam rudal balistik antarbenua pada 3 September 2017. (AFP Photo/Kcna Via Kns/Str)

"Sekarang program senjata nuklir dan rudal Korut mengancam seluruh dunia dengan hilangnya nyawa manusia yang tak terbayangkan. Adalah sebuah kekejaman bahwa sejumlah negara tidak hanya berdagang dengan rezim semacam itu, namun juga mempersenjatai, memasok, dan secara finansial mendukung sebuah negara yang membahayakan dunia dengan konflik nuklir," tutup suami dari Melania tersebut.

Trump pun kembali melontarkan ancaman. Ia sampaikan, "AS memiliki kekuatan dan kesabaran yang besar, tapi jika terpaksa mempertahankan diri atau sekutu-sekutunya, kita tidak punya pilihan selain memusnahkan Korut sehancur-hancurnya. Rocket Man --julukan bagi Kim Jong-un-- tengah dalam misi bunuh diri dan menghabisi rezimnya. AS siap, mau, dan mampu, tapi semoga itu tidak perlu dilakukan".

"Sudah saatnya Korut menyadari bahwa denuklirisasi adalah satu-satunya masa depan yang bisa diterima. DK PBB belum lama ini mengadakan pemungutan dan dengan suara bulat 15-0 mengadopsi resolusi keras terhadap Korut, dan saya ingin berterima kasih kepada China dan Rusia karena telah mendukung dijatuhkannya sanksi. Tapi kita harus melakukan lebih banyak hal lagi," terang Trump.

Ia menambahkan, "Sudah saatnya semua bangsa bekerja sama untuk mengisolasi rezim Kim Jong-un hingga mereka menghentikan perilaku bermusuhan".


2. Iran

Sama halnya seperti Korut, isu Iran juga kuat diperkirakan akan menjadi perhatian utama Trump. Sejak awal, mantan pebisnis itu blakblakan menunjukkan ketidaksetujuannya atas kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada era pemerintahan Barack Obama.

Dan sentimen negatif pun mengalir dari mulut Trump ketika ia bicara soal Negeri Paramullah tersebut.

"Pemerintahan Iran menutupi kediktatoran korup di balik kedok demokrasi palsu. Ini telah mengubah sebuah negara kaya, dengan sejarah dan budaya yang kaya, menjadi sebuah negara yang terkuras ekonominya dan ekspor utamanya adalah kekerasan, pertumpahan darah, dan kekacauan. Korban yang paling lama menderita adalah rakyatnya sendiri," jelas sang presiden.

"Alih-alih menggunakan sumber dayanya untuk memperbaiki kehidupan rakyat, Iran menggunakan keuntungannya dari minyak untuk mendanai Hizbullah dan kelompok teroris lainnya yang membunuuh sesama muslim dan menyerang tetangga Arab-nya dan Israel yang damai".

Ilustrasi nuklir Iran (AFP)

Trump menyebut pula dukungan Iran terhadap rezim Suriah yang dipimpin Bashar al-Assad. "Kekayaan ini, yang sejatinya milik rakyat Iran, juga digunakan untuk menopang kediktatoran Bashar al-Assad, memicu perang sipil Yaman, dan merusak perdamaian di seluruh Timur Tengah. Kita tidak bisa membiarkan sebuah rezim pembunuh terus melakukan aktivitas yang memicu ketidakstabilan sembaru membangun rudal berbahaya".

"Kesepakatan nuklir Iran adalah salah satu transaksi terburuk dan paling sepihak yang pernah dilakukan AS. Terus terang, kesepakatan itu memalukan bagi AS," tegas Trump.

Sosok kontroversial tersebut juga menyerukan agar Iran membebaskan seluruh warga AS dan warga negara lain yang ditahan otoritas Iran secara tidak adil. "Yang terpenting, Iran harus berhenti mendukung teroris, mulai melayani rakyatnya sendiri, dan menghormati hak-hak kedaulatan para negara tetangganya. Seluruh dunia memahami bahwa orang-orang baik di Iran menginginkan perubahan".

"Dukungan rezim Iran terhadap teror sangat berbeda dengan komitmen baru-baru ini yang ditunjukkan para tetangganya untuk memerangi terorisme dan menghentikan keuangannya, dan di Arab Saudi awal tahun lalu, saya merasa sangat terhormat untuk bergabung bersama pemimpin lebih dari 50 negara Arab dan Muslim. Kami sepakat bahwa semua negara yang memiliki tanggung jawab harus bekerja sama untuk menghadapi teroris dan ekstremisme Islam," ungkap Trump.

Selain itu, Trump juga mengklaim bahwa AS meraih capaian besar atas ISIS di Suriah dan Irak.

"Kami mencari deeskalasi konflik Suriah, dan solusi politik yang menghormati kehendak rakyat Suriah. Tindakan rezim kriminal Bashar al-Assad, termasuk penggunaan senjata kimia terhadap warganya sendiri, bahkan anak-anak yang tidak bersalah, mengejutkan hati nurani setiap orang yang baik. Tidak ada masyarakat yang bisa merasa aman jika senjata kimia yang dilarang digunakan. Itulah sebabnya Amerika Serikat melakukan serangan rudal di pangkalan udara yang melancarkan serangan tersebut," beber orang nomor satu di AS itu.


3. Venezuela

Isu lain yang menjadi sorotan Trump adalah krisis Venezuela. Ia menjelaskan bahwa pihaknya telah menjatuhkan sanksi terhadap pemerintahan Venezuela yang dipimpin oleh Presiden Nicolas Maduro, sosok yang telah membawa negara itu ke ambang keruntuhan total.

"Kediktatoran sosialis Nicolas Maduro telah menimbulkan rasa sakit dan penderitaan yang mengerikan pada orang-orang baik di negara tersebut," ujar Trump.

Krisis politik di Venezuela (AP Photo/Ariana Cubillos)

"Rezim korup ini menghancurkan sebuah negara yang makmur - bangsa yang makmur, dengan menerapkan sebuah ideologi yang gagal yang telah menghasilkan kemiskinan dan kesengsaraan. Untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, Maduro telah menantang rakyatnya sendiri, mencuri kekuasaan dari perwakilan mereka yang terpilih, untuk mempertahankan peraturannya yang membawa malapetaka. Orang-orang Venezuela kelaparan, dan negara mereka ambruk. Lembaga demokrasi mereka hancur. Situasinya sama sekali tidak bisa diterima, dan kita tidak bisa berdiri dan menonton," imbuhnya.

Trump melanjutkan, "Sebagai tetangga dan sahabat yang bertanggung jawab, kita dan semua orang lain memiliki tujuan - tujuan itu adalah untuk membantu mereka memperoleh kembali kebebasan mereka, memulihkan negara mereka, dan memulihkan demokrasi mereka".

"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para pemimpin di ruangan ini karena telah mengutuk rezim tersebut dan memberikan dukungan penting bagi rakyat Venezuela. Amerika Serikat telah mengambil langkah penting untuk meminta pertanggungjawaban rezim tersebut. Kami siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut jika pemerintah Venezuela terus berupaya menerapkan peraturan otoriter pada rakyatnya," ucap Presiden AS tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya