Ceruk Bisnis Properti di Indonesia Masih Sangat Besar

Perekonomian negara dengan jumlah penduduk usia produktif yang besar cenderung lebih stabil.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 20 Sep 2017, 12:17 WIB
CEO PT Leads Property Services Indonesia Hendra Hartono. (Achmad/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan pasar properti. Pasalnya, Indonesia memiliki penduduk dengan usia produktif yang relatif besar.

CEO PT Leads Property Services Indonesia Hendra Hartono menerangkan, perekonomian dari negara yang jumlah penduduk usia produktif yang besar cenderung lebih stabil. Ini berbeda dengan Jepang yang jumlah usia produktifnya relatif kecil.

"Mereka (Jepang) tidak bisa produktif, Indonesia usia muda masih banyak, itu yang paling dilihat. Mereka punya kesempatan bekerja, memperbaiki nilai hidupnya sehingga bisa beli properti," kata dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (20/9/2017).

Indonesia memiliki daya beli yang cukup besar. Jika dibanding Vietnam, Indonesia memiliki daya beli lebih besar, terlihat dari nilai tukar rupiah yang lebih tinggi dibandingkan mata uang Vietnam. "Itu menunjukkan buying power lebih tinggi," ujar dia.

Namun, dia menuturkan, ada sejumlah kendala yang dihadapi Indonesia. Salah satunya ialah pembangunan yang terlalu terpusat di Jakarta. Alhasil, itu menyebabkan upah di Jakarta tinggi. Namun, itu sejalan dengan biaya hidup yang relatif tinggi.

"Kalau kita lihat masalahnya itu semua konsentrasi di Jakarta, taraf hidup Jakarta sangat mahal padahal tidak ada orang Jakarta asli. Rata-rata dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, dan sebagainya. Padahal, kalau nyetir empat jam ke Purwakarta nilai UMR turun setengah dari Jakarta. Berarti apa, infrastruktur harus diperbaiki itu yang dilakukan Pak Jokowi," jelas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Backlog

Saat ini Indonesia dihadapkan pada masalah kekurangan ketersediaan (backlog) perumahan yang jumlahnya mencapai 11,4 juta unit. Masalah ini hanya bisa diatasi oleh para pengembang yang memiliki terobosan dalam menyediakan perumahan yang terjangkau bagi masyarakat.

"Jika defisit perumahan banyak, harus ada terobosan yang belum pernah dipikirkan pemerintah. Kita kan di koridor Cikampek, sudah 25 tahun. Kita tahu perizinannya seperti apa. Semua izinnya sudah ada," ujar Chief Executive Officer (CEO) Lippo Group James Riady.

Dia mengungkapkan, sebenarnya kondisi ekonomi dunia dan Indonesia telah mulai kembali membaik. Saat ini Indonesia menjadi pasar properti yang paling menjanjikan di ASEAN. Namun, permintaan yang tinggi, belum mampu diimbangi dengan penyediaan perumahan.

"Dunia sudah kembali ke level pertumbuhan sebelum krisis. Eropa juga tidak seterpuruk sesuai yang diduga dan yang terbaik adalah Asia Tenggara, dan mana lagi kalau bukan Indonesia? Semua indikator makro meningkat, tapi kita bisa lihat kebutuhan-kebutuhan itu masih besar. Masih defisit 11 juta rumah. Namun, harga rumah tidak terjangkau," kata dia.

Melihat potensi ini, lanjut James, Lippo memutuskan untuk mengembangkan sebuah kota mandiri baru di timur Jakarta, yaitu Meikarta. Bukan tanpa alasan, Meikarta diyakini akan menjadi jantung perekonomian baru dengan didukung kawasan-kawasan industri yang berlokasi Bekasi dan Karawang.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya