Menkumham: Kreativitas Jadi Kunci Keberhasilan Ekonomi Bangsa

Yasonna mengatakan SDM harus dapat dikelola dan dikembangkan melalui program-program yang mengandalkan inovasi dan kreativitas.

oleh Ika Defianti diperbarui 20 Sep 2017, 18:05 WIB
Menkumham, Yasonna Laoly saat memberi keterangan pada rapat kerja dengan Komisi III DPR RI di gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (10/4). Rapat membahas sejumlah permasalahan dan pengawasan DPR. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly membuka acara Global Innovation Index (GII) Conference di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (20/9/2017).

Kegiatan tersebut merupakan kerja sama dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kemenkum HAM dan World Intellectual Property Organization (WIPO).

Dalam sambutannya, Yasonna menilai inovasi dan kreativitas menjadi kunci keberhasilan dalam pembangunan ekonomi Indonesia di era globalisasi. Kata dia, hal itu sangat berkaitan dengan sistem kekayaan intelektual.

"Kita akan mengembangkan kerjasama dengan berbagai kampus hingga 10 (perguruan tinggi), yang saat ini baru empat, pusat penelitian seperti dengan LIPI," ucap Yasona Laoly.

Menurut dia, sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh Indonesia harus dapat dikelola dan dikembangkan melalui program-program yang mengandalkan inovasi dan kreativitas.

Menurut dia, yang terpenting saat ini, mengubah pola pikir mengandalkan potensi kekayaan intelektual yang di miliki Indonesia seperti produk-produk indikasi geografis dan industri kreatif. 

Harga Semakin Meningkat

Yasonna beralasan, produk yang bergabung dalam indikasi geografis akan memiliki harga lebih mahal dibandingkan sebelumnya.

"Lada Muntok dulu harganya Rp 30 ribu per kilogram, tapi setelah dipasarkan ke Uni Eropa sekarang Rp 300 ribu per kilogram. Seperti juga Ubi Cilembu, Kopi Gayo," ujar politisi PDI Perjuangan itu.

Yasonna menambahkan, hal itu juga dapat dilakukan pula dalam hal kesehatan seperti penggunaan obat-obatan trandisonal dalam bahan farmasi.

Sehingga, Indonesia dapat memanfaatkan inovasi kekayaan intelektual sebagai penggerak ekonomi.

"Jadi bahan-bahan asli Indonesia hasil penelitian juga dapat digunakan. Dalam penerbitannya akan tetap menggunakan nama Indonesia," jelas Yasonna Laoly menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya