Sekuritisasi Aset BUMN Dorong Orang RI Berinvestasi

Instrumen investasi pasar keuangan sempat tidak dilirik masyarakat.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Sep 2017, 15:26 WIB
Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution saat menjadi pembicara dalam acara Bincang Ekonomi di Liputan6.com di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (2/3). (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, dengan adanya sekuritisasi aset yang dilakukan oleh beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mendorong masyarakat berinvestasi di pasar keuangan. Selama ini memang minat investasi masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar keuangan masih cukup rendah. 

D‎armin menjelaskan, dengan adanya sekuritisasi aset yang dilakukan perusahaan BUMN, tidak hanya memperdalam pasar keuangan Indonesia, tetapi juga akan membuat masyarakat tertarik untuk berinvestasi pada instrumen tersebut.

"Itu tidak hanya berarti semakin besar market size kita, lebih dari pendalaman itu membuat semakin banyak tertarik bagian dari masyarakat kita,‎" kata Darmin, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (20/9/2017).

Instrumen investasi pasar keuangan sempat tidak dilirik masyarakat. Bahkan pengelola dana besar juga tidak berminat untuk memutar uangnya pada instrumen investasi tersebut.

"‎Jangankan perorangan. pas kita terbitkan obligasi, itu namanya asuransi, dana pensiun tidak mau. Lebih senang di deposito meski bunganya lebih kecil," papar Darmin.

Menurut Darmin, agar investasi pada pasar keuangan menarik maka dibuat kebijakan pembatasan besaran bungan deposito. Dampaknya, investasi pada pasar keuangan mulai dilirik dan setelah mendapat imbal hasil yang lebih besar dari deposito banyak pihak mulai berinvestasi pada instrumen tersebut.

"Masyarakat begitu mencicipi bunga lebih tinggi dia tahu ini lebih menarik. Apalagi kalau ada desain bayar kupon dan bunga per bulan," tutup Darmin.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


sekuritisasi aset Indonesia Power

PT Indonesia Power (IP) melakukan pencatatan perdana sekuritisasi Efek Beragun Aset (EBA), dengan nama EBA Danareksa Indonesia Power PLN 1- Piutang Usaha (EBA DIPP1).

Direktur Utama Indonesia Power, Sripeni Inten Cahyani mengatakan,‎ pada tahap pertama ini, Indonesia Power mengumpulkan dana Rp 4 triliun. Hal ini sesuai dengan nilai EBA yang ditawarkan.‎

"Nilai EBA yang ditawarkan sebesar Rp 4 triliun dengan aset dasar disekuritisasi adalah aset keuangan yang merupakan bagian dari piutang penjualan ketenagalistrikan PLTU Suralaya unit 1-4," kata Sri, di Kantor Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (20/9/2017).

Penerbitan EBA DIPP1 ini seiring dengan rencana strategis IP untuk melakukan sekuritisasi EBA sebanyak-banyaknya Rp 10 triliun, dan akan dilakukan secara bertahap hingga akhir 2018. Instrumen itu dijadikan salah satu sumber pendanaan untuk mendukung program 35 ribu MW.

Sri menuturkan, penawaran yang berlangsung pada 4-11 September 2017 itu mendapat sambutan positif dari investor. Sekuritisasi aset keuangan IP mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 2,7 kali, yaitu mencapai Rp 10,05 triliun dari target Rp 4 triliun yang terdiri dari penawaran umum EBA Kelas A Rp 3,688 triIiun dan penawaran terbatas EBA Kelas B Rp 312 miliar.

Sri mengungkapkan, keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan PT PLN (Persero) selaku pemegang saham Indonesia Power dan sinergi dengan berbagai pihak, yaitu Danareksa Investment Management sebagai Manajer-Investasi, Bank BRI sebagai bank kustodian, Danareksa Sekuritas sebagai Lead Arranger dan Selling Agent.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya