Liputan6.com, New York - Atas terobosannya dalam penanganan berbagai isu global yang meliputi diplomasi kemanusiaan dan perdamaian, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menerima penghargaan dari UN Women dan Global Partnership Forum (GPF) sebagai Agen of Change.
Acara penganugerahan ini sendiri digelar di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu, 20 Sepetember 2017.
Pemberian award ini merupakan pengakuan atas berbagai terobosan yang dilakukan oleh Menlu Retno Marsudi, khususnya dalam memajukan Agenda 2030 dan pembangunan berkelanjutan.
"Indonesia akan terus berkontribusi pada perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan dunia. Perempuan telah menjadi kekuatan dan bagian dari solusi untuk menyelesaikan tantangan dunia," ujar Retno Marsudi dalam sambutannya.
Baca Juga
Advertisement
Saat ini, Indonesia sangat aktif melakukan berbagai upaya untuk membantu penyelesaian krisis di berbagai negara, termasuk di Rakhine State, Myanmar.
Menlu RI telah mengambil prakarsa untuk membangun komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk di Myanmar dan Bangladesh. Formula 4+1 yang ditawarkan Indonesia mendapatkan apresiasi yang tinggi dari berbagai negara.
Melalui Formula 4+1, Indonesia mendorong perlunya pemulihan perdamaian dan stabilitas, menahan diri tidak menggunakan kekerasan, perlindungan bagi semua warga tanpa memandang agama dan suku, serta akses bantuan kemanusiaan.
Di samping itu, Indonesia juga mendorong implementasi dari rekomendasi yang diusulkan dalam Kofi Annan Report.
Selanjutnya, Menlu Retno Marsudi menyebutkan bahwa Indonesia akan selalu berada di garis terdepan dalam mendorong dialog.
Melalui dialog, konflik dapat dicegah dan perbedaan mampu dijembatani. Hal ini diakuinya tidaklah terlepas dari "insting keibuan" yang dimilikinya sebagai seorang perempuan.
UN Women dan GPF menyebut Retno Marsudi adalah Menlu Perempuan pertama RI. Menlu Retno Marsudi dianggap sebagai sosok panutan dan sumber inspirasi bagi jutaan wanita baik di Indonesia maupun dunia.
UN Women adalah lembaga PBB yang bertugas memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. GPF adalah lembaga nonprofit yang bertujuan memajukan kemitraan inovatif bagi pembangunan.
GPF memiliki komitmen untuk mendukung PBB dalam memajukan pembangunan berkelanjutan.
"Penganugerahan award ini akan menjadi pendorong agar saya bekerja lebih keras lagi. Bekerja lebih keras bagi rakyat dan bangsa Indonesia, bagi perdamaian dan kesejahteraan global, serta bagi para wanita di seluruh dunia," pungkas Menlu Retno.
Temui Aung San Suu Kyi
Terkait dengan krisis Rohingya, beberapa waktu lalu Menlu Retno telah bertemu dengan pemimpin de facto dan State Counsellor Myanmar, Aung San Suu Kyi.
Menlu Retno pun membeberkan kalimat pertama yang mengawali pembicaraan keduanya.
"Saat saya ketemu Aung San Suu Kyi kalimat pertama yang saya sampaikan, saya datang membawa amanah concern masyarakat Indonesia terhadap (situasi) Rakhine," ucap Retno, saat rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR pada Senin, 11 September 2017.
Tidak hanya warga Indonesia. Mantan Dubes RI untuk Belanda tersebut yakin, ketika bertemu Suu Kyi, suara masyarakat internasional turut dipikulnya.
"Saya beranikan diri untuk datang membawa harapan masyarakat internasional," ujarnya.
Saat melakukan lawatan ke Myanmar awal bulan ini, Retno melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat tinggi di sana.
Selain bertemu Aung San Suu Kyi, ia juga bertatap muka dengan Panglima Angkatan Bersenjata serta tiga menteri penting dari kabinet Myanmar.
Simak video pilihan di bawah ini:
Advertisement