Mal Sepi Bukan akibat Ekonomi RI Melemah

Berkurangnya pengunjung pusat perbelanjaan tersebut merupakan dampak dari perkembangan ekonomi digital.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 21 Sep 2017, 17:16 WIB
Pusat perbelanjaan ilustrasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) menilai, berkurangnya pengunjung pusat perbelanjaan (mal) bukan karena pelemahan perekonomian nasional, tetapi akibat dari perkembangan era ekonomi digital.

Ketua KEIN Soetrisno Bachir menilai, meski pusat perbelanjaan sepi, kegiatan industri tetap berjalan normal. Hal ini menunjukan daya beli masyarakat Indonesia masih tinggi.

"Itu bukan berarti ekonomi kita turun, itu hanya tempatnya‎," kata Soetrisno, saat menghadiri Rakernas Himpunan Pengusaha Kahmi (Hipka), di kawasan ‎Thamrin, Jakarta, Kamis (21/9/2017).

Menurut Soetrisno, berkurangnya pengunjung pusat perbelanjaan tersebut merupakan dampak dari perkembangan ekonomi digital. Masyarakat lebih memilih berbelanja dengan memanfaatkan teknologi digital dari gawainya, ketimbang datang langsung ke pusat perbelanjaan.

"Dengan adanya perkembangan ekonomi digital memang ada perkembangan teknologi baru. Ini ada yang kena dampaknya, mal-mal sepi bahkan tutup," jelas dia.

Dia mengatakan, masyarakat lebih memilih memanfaatkan teknologi digital untuk berbelanja karena jauh lebih efisien dari sisi waktu, tenaga dan biaya.

"Contoh orang beli beli batik Pekalongan bisa langsung (ke produsen), tidak perlu beli di Tanah Abang. Jadi menurut saya, dengan adanya eknomi digital, akan tumbuh gerakan eknomi di Indonesia‎," dia menandaskan.

Tonton Video Menarik Berikut ini:


Jangan Terbuai Bisnis Digital

Sebagai Dewan Penasihat Himpunan Pengusaha KAHMI (Hipka), Soetrisno Bachir mengingatkan pengusaha untuk lebih berhati-hati terjun ke bisnis digital. Menurutnya, bisnis ini cukup berisiko.

Soetrisno mengatakan, belum banyak orang yang sukses dalam menggeluti bisnis digital, sedangkan yang mengalami kegagalan jauh lebih banyak. Karena itu, sebaiknya untuk terjun ke bisnis digital bukan karena hanya mengikuti tren, melainkan sudah dipikirkan matang-matang mengenai rencana bisnisnya.

"Jangan kita ini terbuai oleh bisnis digital, karena ini seperti ada pemenang ada yang kalah, yang maju satu dua saja yang mati ribuan," kata dia.

Menurut Soetrisno, perkembangan teknologi bisa dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan bisnis, dengan menjadikan sarana, bukan menjadikan teknologi digital sebagai bisnis utamanya.

"Jadi bisnis digital itu saranannya, bukan sektor riilnya, sektor riil itu Bluebird, bisnis digital itu hanya mengikuti," tutur Soetrisno.

Soetrisno mengungkapkan, jika dimanfaatkan, teknologi digital dapat membantu memperluas jangkauan dan memudahkan proses bisnis, baik dari sisi keuangan maupun logistik. Bahkan, teknologi digital juga membuat kaum hawa bisa leluasa melakukan bisnis dari rumah, sehingga tidak perlu meninggalkan rumah.

"Dengan teknologi digital, maka memudahkan para muslimah berbisnis di rumah, bisnis konveksi tidak perlu di Tanah Abang, cukup di rumah, bisnis kue," tutup Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya