Liputan6.com, Tegal - Film Turah dipilih sebagai wakil Indonesia dalam ajang prestisius Piala Oscar 2018. Film berdurasi 83 menit ini, mengambil lokasi di sebuah kampung pesisir Pantai Utara (Pantura) dekat dengan Pelabuhan Tegalsari Kota Tegal.
Kampung itu lebih dikenal dengan sebutan Kampung Tirang. Perkampungan itu berdiri di atas tanah timbul dan dikelilingi oleh air laut dan termasuk wilayah kategori miskin serta terpencil. Kondisi kampung tersebut juga cukup memprihatinkan. Listrik menyala hanya pada malam hari serta tidak ada air bersih.
Baca Juga
Advertisement
"Kondisi Kampung Tirang itulah yang menginspirasi saya untuk mengangkat kisah hidup para warga di Kampung Tirang melalui film layar lebar dengan lakon Turah," kata sutradara film ini, Wisnu.
Proses produksi film itu dilaksanakan di Kampung Tirang, dengan menggandeng para aktor teater, jurnalis, dan masyarakat sekitar. "Jadi film ini menggambarkan problema sosial masyarakat di kampung Tirang," kata dia.
Berbagai kendala sempat dialami selama proses pembuatan film Turah. Wisnu membeberkan bahwa kru film sempat dibuat keder saat membutuhkan adegan hujan. Pasalnya, lokasi syuting di kampung Tirang susah sekali mendapatkan air tawar yang benar-benar bersih.
"Karena tidak mungkin membawa air tawar puluhan ribu liter dari seberang, dan di situ hanya ada air payau juga air laut yang bisa menyebabkan mesin terkena karat. Makanya saat itu kita nekat dengan menyiapkan beberapa alat pembuat hujan yang agak tahan karat," tutur dia. Kendati demikian, Wisnu tak menjelaskan secara rinci alat pembuat hujan yang tahan karat tersebut.
Sementara itu, film Turah dipilih sebagai wakil Indonesia dalam ajang Academy Awards atau Oscar ke-90 atas pertimbangan 13 juri dari Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), dengan Christine Hakim sebagai ketuanya.
Mathias Muchus, salah satu anggota juri, menyebut film Turah dibuat dengan cara yang cukup berbeda dari biasanya. "Kalau kita bicara soal film, secara teknis Turah sangat apik dan sangat konseptual. Bisa kita penggal dari awal gambar muncul ending. Itu ada semacam circle dan pergulatan yang terus berulang ulang. Itu jelas sekali," kata Mathias Muchus. (Fajar Eko Nugroho)